Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tertawa yang Melengkapi

29 Agustus 2023   07:00 Diperbarui: 29 Agustus 2023   07:12 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Sasin Tipchai dari Pixabay 

Dari sebuah kota kecil di Indonesia, Rama menatap layar ponselnya, mengeklik ikon aplikasi video call. Meski di hadapan layar hanya ada foto profil dan chat history, Rama bisa merasakan adanya sesuatu yang lebih, sebuah keindahan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Itulah Arini, wanita yang menarik hatinya sejak kali pertama bertemu di seminar bisnis dua tahun lalu.

Namun, terpisah oleh jarak dan waktu, hubungan mereka berkembang lebih dari sekedar kata. Mereka mencoba melebur rindu lewat video call, surat elektronik, dan sesekali pertemuan yang jarang terjadi tetapi membekas kuat dalam memori. Rama merasa, bila dunia bisa melihat apa yang ia lihat dalam mata Arini, dunia akan berhenti sejenak.

"Sederhana, tertawamu sudah cukup," pikir Rama, mengingat betapa Arini selalu tampak ceria meskipun dihadapkan oleh kesulitan. "Lengkapi sempurnanya hidup bersamamu," ia menambahkan dalam hati.

Suatu hari, Rama mendapat kesempatan kerja di Jakarta, tak jauh dari kota tempat Arini tinggal. Meskipun begitu, harapannya untuk lebih dekat dengan Arini terhambat oleh kesibukannya yang tak kunjung padam.

Tak lama kemudian, Rama bertemu dengan Lara, rekan kerjanya yang cantik dan pintar. Mereka kerap makan siang bersama dan membahas proyek mereka. Meski Lara sering tersenyum padanya, Rama merasa ada yang kurang.

"Jika hari kulalui tanpa hawamu, percuma senyumku dengan dia, oh," gumam Rama, menyadari bahwa dunia tanpa Arini tidak seindah yang ia rasakan kemarin atau hari-hari sebelumnya.

Diputuskan, Rama akan berbicara langsung dengan Arini. Ia menepikan semua keengganan dan mengepak tasnya, menuju kota di mana Arini tinggal. Dari kejauhan, tergambar cerita tentang mereka yang akan ia wujudkan.

Tepat di bawah pohon Sakura di taman tempat mereka pertama kali bertemu, Rama menunggu. Dan saat Arini datang, dunia seakan berhenti sejenak. Tak ada kata yang cukup untuk menggambarkan momen itu.

"Arini, apakah kamu bersedia menjalani sisa hidup ini bersamaku?" tanya Rama, matanya menatap dalam-dalam mata Arini.

Arini tersenyum, sebuah senyum yang selalu ia simpan untuk Rama saja. "Sederhana, Rama. Tertawamu, dan kamu sendiri, sudah cukup. Lengkapi sempurnanya hidup bersamamu."

Dunia kembali bergerak, tetapi bagi Rama dan Arini, semuanya terasa lebih indah---lebih dari sekedar kata, lebih dari apa yang bisa digambarkan oleh waktu dan jarak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun