Kalau kita perhatikan, sekolah sejatinya adalah miniatur masyarakat. Di sana ada pemimpin (guru), warga (murid), aturan, bahkan konflik. Cara guru dan murid berinteraksi menjadi latihan sosial kecil yang akan mereka bawa ke dunia nyata.
Guru yang memberi kebebasan berbicara, tapi tetap menjaga batas hormat, sedang membangun dasar demokrasi sosial. Sementara murid yang belajar untuk mendengarkan dan bekerja sama sedang membentuk budaya gotong royong. Hubungan antara guru dan murid yang saling menghargai adalah cerminan masyarakat ideal,egaliter, terbuka, tapi tetap beretika.
Perubahan sosial besar sering dimulai dari hal,hal kecil. Dari satu guru yang menanamkan nilai empati, dari satu murid yang belajar berbagi, atau dari satu ruang kelas yang menumbuhkan rasa hormat.
Guru dan murid bukan hanya bagian dari sistem pendidikan,mereka adalah pondasi sosial bangsa. Keduanya membentuk arah nilai, sikap, dan perilaku masyarakat di masa depan.
Sudah saatnya pemerintah memberi perhatian lebih pada pendidikan karakter sosial, bukan sekadar akademik. Guru perlu dilatih agar mampu menjadi fasilitator nilai,nilai sosial, dan murid harus diberi ruang untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sekolah.
Karena sejatinya, membangun bangsa tidak dimulai dari gedung parlemen, melainkan dari ruang kelas tempat seorang guru menyalakan semangat, dan seorang murid belajar memahami makna menjadi manusia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI