Mohon tunggu...
syafira kamila
syafira kamila Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

manusia yang suka kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seonggok Buku yang Mempertimbangkan Atensi Baru

17 Januari 2023   20:55 Diperbarui: 20 Januari 2023   12:44 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"What kind of life can you have in a house without books?"-- Sherman Alexie

Pertanyaan retoris yang dikeluarkan, karena pasti sebagian dari kalian akan menjawab bahwa akan baik-baik saja tanpa buku, kan. Atau justru malah kalian tidak bisa hidup tanpa buku. 

Nyatanya saat kalian melihat buku tergeletak di meja apakah kalian akan membacanya atau malah mengabaikannya? Jujur saja kalau pada jaman sekarang ini yang paling relevan untuk pertanyaan retoris ini adalah " What kind of life can you have in a house without smartphone?" Jelas kalian sudah tahu jawabannya kan.

Pada dasarnya pertanyaan retoris ini bukan tanpa sebab. Sherman Alexie sebagai seorang penulis sangat menyadari bahwa pada dasarnya seiring berjalannya waktu atensi buku di mata para generasi masa kini hanyalah semu. Bagaimana tidak, saya selaku remaja yang sangat menyadari bahwa daya tarik buku yang seolah dianggap angin lalu. Entah itu karena buku atau generasi masa kini yang tak ingin tahu.

Mengulang Kembali Histori

Dulu saya pernah merasa bahwa membaca buku itu membosankan, membuat pusing, dan tidak menarik. Begitu banyak kata yang tertuang yang tidak mampu saya tampung. Belum lagi dengan buku yang berpenampakan tebal yang seolah mampu membuat kepala terpenggal. Membuat hati seolah tidak mau mengenal, mungkin hal inilah yang membuat saya tidak mempunyai hasrat pada buku dan generasi muda lainya.

Perlu diketahui dalam sebuah survei yang dilakukan Central Connecticut State University di New Britain yang bekerja sama dengan sejumlah peneliti sosial menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara terkait minat baca. 

Survei dilakukan sejak 2003 hingga 2014. Indonesia hanya unggul dari Bostwana yang berada di posisi 61. Sementara, Thailand berada satu tingkat di atas Indonesia, yakni posisi 59. Finlandia dinobatkan sebagai negara dengan minat baca nomor satu sedunia (Metronews.com, 14 September 2016).

Apalagi hal ini di tambah dengan adanya teknologi dan ponsel yang sekarang sudah seperti kebutuhan primer. Seakan terkerangkeng oleh adanya ponsel membuat kita layaknya di jaman kolonel. Sulit untuk melepas sebuah ponsel karena kesenangan semu yang membuat kita tak menyadari bahwa kita berada dalam sel dari genggaman ponsel itu sendiri. Seolah buku yang membuat kita jadi berilmu nyatanya kalah dalam genggaman ponsel yang menipu.

"Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas"- Mohammad Hatta.

Agaknya pesan ini sangat mengena bagi kita, dulu saat kita masih dalam penjajahan kolonel belanda orang lebih memilih berada dalam sel penjara asalkan bersama buku, namun saat ini orang lebih memilih jauh dari buku dan menjadi sel tahanan kolonel dalam genggaman, sungguh terbalik keadaan jaman.

Membuat Atensi Kembali

Hal seperti inilah yang membuat buku tak punya daya tarik yang utuh, padahal dengan membaca buku kita bisa menghilangkan stress, menumbuhkan empati, mencegah penyakit alzheimer, melatih daya ingat dan berdasarkan penelitian dari Yale University's School of Public Health, mereka yang meluangkan waktu untuk membaca buku memiliki kesempatan hidup lebih lama. 

Diperkirakan bahwa hanya dengan 3,5 jam membaca buku setiap minggunya, pembaca dapat memperpanjang hidupnya selama 23 bulan. Perlu digarisbawahi, peneliti menemukan bahwa buku yang lebih berpengaruh.maka dari itu bila kalian yang mempunyai alasan tidak suka baca buku kalian harus memikirkan alasan kalian ulang.(gramedia.com 2018)

Bagi kalian yang merasa bahwa buku itu membosankan, tak menggairahkan, dan buku tak  cocok dengan kepribadian. Lebih baik kalian coba untuk merubah perspektik terlebih dahulu. Lalu kalian bisa mencoba cara-cara berikut untuk memulai kebiasaan membaca:

Dalam penanaman pikiran layaknya mencari pasangan kita harus memulai pendekatan yaitu kebiasaan dengan membaca satu-dua halaman dengan memilih buku yang kalian suka atau menurut kalian menarik. Seperti yang di katakan oleh duta baca indonesia yaitu,
"Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu. Mari jatuh cinta." - Najwa Shihab.

Kemudian kalian bisa menyelesaikan buku tersebut karena bila kalian sudah bisa menyelesaikan satu buku maka kalian bisa menyelesaikan buku lainnya. Kalian bisa membuat target satu buku dalam satu bulan dengan di lanjut dengan penerapan secara berulang-ulang, Hal ini bisa menjadi penanaman tindakan dan pikiran sehingga kita menjadi penerapan dalam kehidupan.


Saat kalian sudah mempunyai kebiasaan membaca , maka kalian bisa menularkan kebiasaan membaca kalian dengan memberi wawasan kepada orang lain dan menunjukkan kebiasaan kalian agar dapat membuat orang lain terpacu dengan kebiasaan kalian. Dan membiasakan budaya bedstory pada anak-anak agar mereka mempunyai keinggintahuan pada buku yang di ceritakan.


Walaupun sulit membuat kebiasaan untuk membaca, apalagi dengan adanya kemudahan yang ditawarkan ponsel seolah begitu menggiurkan membuat kita semakin menjauh dari buku. Karena kebiasaan membaca bukanlah dibuat tapi di mulai dengan keingginan. Nyatanya hal tersebut bukanlah tidak mungkin karena pada dasarnya kebiasaan membaca dapat di buat dan di tularkan pada masyarakat supaya tercipta budaya membaca antar bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun