Kehidupan Digital dan Tantangan Generasi Z di Era Media Sosial (Pengembangan)

Media sosial adalah pedang bermata dua bagi Generasi Z. Ia menawarkan banyak peluang — kreativitas, identitas, karier, akses ilmu — tapi juga tantangan serius: tekanan sosial, ketergantungan, hoaks, dan terutama kebutuhan validasi yang bisa membuat banyak orang merasa tidak pernah cukup.

Data menunjukkan bahwa satu dari beberapa Gen Z mengalami tekanan validasi digital: baik lewat waktu yang dihabiskan, ketergantungan pada likes/followers, atau ketakutan tertinggal (FOMO). Generasi Z perlu mengembangkan literasi digital — yaitu tidak hanya cara menggunakan media sosial, tetapi memahami efek psikologis, bagaimana memilih konten, dan bagaimana mengatur ekspektasi diri sendiri.

Di sisi praktis, beberapa langkah yang bisa dilakukan:

• Mengajar literasi digital di sekolah dan universitas
• Kampanye tentang kesehatan mental dan etika bermedia sosial
• Mengatur waktu screen time, jeda dari media sosial
• Berdamai dengan identitas asli, bukan cuma performatif digital

Daftar Pustaka

Divisi Psikiatri Anak dan Remaja, Universitas Indonesia. Data tentang kecemasan dan depresi remaja (usia 16-24) akibat penggunaan media sosial. (Diolah dari berita “Pengaruh Media Sosial bagi Kesehatan Mental Gen Z di Indonesia”) 

IDN Media / Populix. Indonesia Gen Z Report 2022 — data tentang durasi penggunaan media sosial (>3 jam/hari). 

Maheswari, Adinda Tri Puji; Bagas Narendra Parahita; Danang Purwanto. “Hiperealitas pada media sosial Instagram dalam merepresentasikan relasi sosial pertemanan Generasi Z.” Jurnal Ilmu Komunikasi UHO. 

Kaspersky / Katadata Insight Center. Statistik Gen Z yang menyebar berita tanpa verifikasi (28 %) vs generasi lain. 

Artikel “Gen Z dan Validasi Digital, Hidup Demi Like Emang Sejauh Itu?” – Radar Tulungagung, yang membahas kebutuhan validasi dari likes dan pengakuan digital.