Mohon tunggu...
Syaeful Ali Rismana
Syaeful Ali Rismana Mohon Tunggu... Maba dan seorang penyair intelek ber hobby puitik

Suka membaca buku,dan hobby bersyair

Selanjutnya

Tutup

Diary

TETRALOGI AKADEMIKSI (Berpikir-Apa Itu Terdengar Bodoh? Oi Masyarakat dan Institusinya)

7 Juli 2025   21:56 Diperbarui: 7 Juli 2025   21:56 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber/bias mereka akanku : unplash@Hanhan

Catatan Si Peringai Bodoh

(Rangkaian toreh-ku atas puzzle Tetralogi Akademiksi)

 Subjudul (Toreh):

#1 Oi Akademik, Aku Bodoh?

#2 Hei Akademik, Aku Gak Bodoh!

#3 - No. Denger!!! Aku Gak Selingkuh

#4 - Teruntuk Mengingin Faham, Tak Sekadar Hanya Lewat

Ini diaryku. Bukan pula puisi, apalagi artikel. Cuma rangkaian kata dari otak yang di prasangkai bodoh.serahmu, terkesan curhat atau tong kosong. Tapi bagiku, ini bukti diri ini hidup---dan berpikir.

Padahal, aku berpikir. Dan kata padre Descartes: "Cogito, ergo sum. Aku berpikir, maka aku ada. Lalu ku tambah: maka isi pikir ini... sang jejak jiwaku-sidik jari:

Halaman 1:

Oi Akademik, Aku Bodoh?

Oi, apa aku bodoh?

Karena ku tak bisa MTK, bahkan tanggal pun tak hafal urutannya.

Jadi apa aku bodoh? Kata masyarakat: "Iya."

Bahkan mamah...

Belajar bulan, malu sama ponakan yang masih SD, atau malu sama orang-orang.

Aku bisa MTK.

Hanya... tak hafal perkalian 1--10.

Tapi mamah juga bagian dari masyarakat.

Lalu, apa yang bisa aku lakukan?

Hal-hal tak terlihat.

Yaitu ilmu tak pasti.

Tapi entahlah. MTK pun tak tampak bagiku.

Apa orang lain melihat soal MTK kayak di film?

Penuh imajinasi?

Kayaknya. Mungkin.

Tapi yang jelas, aku senang saat guru bilang:

"Berikan pendapatmu..."

Aku tak bodoh. Aku percaya itu.

Hanya karena masyarakat bilang aku bodoh?

Dulu aku---mungkin kami---aku dan kalian, teman sekelas,

Tahu jika guru itu berbeda.

Eh, maaf. Maksudku guru kita, teman-teman.

Kita. Bahkan satu sekolah hanya... mungkin tahu dia "BERBEDA".

Kini aku tahu. Aku paham.

Halaman 2:

Hei Akademik, Aku Gak Bodoh!

Bahwa ia pantas ku hargai,

Tak sekadar tau ia beda.

Oi manusia, aku membenci kalian (sifat).

Aku tak bodoh. Aku percaya itu.

Lu, kalian, kamu, dia, dan mungkin mereka.

(Sebentar, aku lupa koreksi di bukunya.)

Son of a bitch!!!

Aku berfilsafat. Aku kritis. Aku berpikir.

Bahkan agama...

Aku punya pemikiran agama.

Jujur, ilmu agamaku cetek.

Maka aku punya pemikiran---pemikiran agama---

Untuk mendalami ilmu agama yang kurang.

Aku anomali. Aku kontras. Rasaku.

Tapi mungkin kenyataannya,

Aku terlalu "NORMAL."

"Ah sudahlah.

Rocky Gerung---ahli ilmu gak pasti aja---juga di-hate.

Gak melulu ditonton."

Lantas?

Aku gak boleh berpikir?

Dasar pante...

Tak pintar dan ditonton, hanya dicibir?

Yaudahlah. Namanya juga hidup.

Halaman 3:

No. Denger!!! Aku Gak Selingkuh

Ibu,

Apa aku mengkhianati anakmu?

Jika aku menyayangimu?

Kuyakin jawabmu: "Tidak."

Aku mencintai buku---yang kupanggil mesra: pemikiran.

Tegas jawabku: "Tidak."

Ella, kau lirik ibu.

Ia benar, La.

Tak usah kau risau. Terpujimu olehku.

Ia ajar itu.

I love you. Ku dapat darinya.

Maka ini perlawanan ku:

Atas prasangka "masyarakat" tentang bodohku.

Berpikir = cinta.

Lantas... masyarakat?

Sepahamakah kita bahwa diri ini tidak bodoh? Hmm?

Tak rela belaku,

Ilmu tak pasti + pemikiran = Tidak bodoh.

Serahmu.

Tervisualkah aku di benakmu?

Sekadar radio butut

 Halaman 4 (Epilog):

Teruntuk Mengingin Faham, Tak Sekadar Hanya Lewat

aku nulis ini tak kadar ingin difaham,

bukan mengatur sangkamu, agar sang bumi faham maksud ku.

tak terpikir ku, terubah nya mereka---

agar sangka sangka "bodoh" tak terulang.

tak suciku, hanya teriak ku.

sekadar curhat-ku atas masyarakat.

serpah-serpih dari isi kepala, isi dada ini.

yang tersulut api.

maka ku salur, agar aman jiwaku.

kutuang. bukan untuk memati,

tapi jejak suara teriak ini.

karena nanti---saat aku tertinggal goresan,

secuil data, setitik nama, atau mungkin terlupa bak terjerat waktu,

harapku ini membekas.

bahwanya diri ini pernah tergagah disini,

pernah muak,

bahkan terpikir,

terus kutoreh tulas tulis ini,

sebagai sidik jiwaku.

kuharap engkau, kalian, ntah mereka, atau dirimu, siapa pun.

maka pintaku: tafsirkan.

terlebih mauku, rasa kan---meski secuil.

mungkin tak seaneh itu.

mungkin juga, tak pun sebodoh itu.

mungkin kita cuma berpikir.

Tertutup ku:

Seirakah kita?atau,mungkin juga kamu bagian dari masyarakat prasangkai aku bodoh? jika tersampai bacamu. Hingga , diam mu mungkin,selaras denganku.mungkin juga pernah sehati denganKu:

bukan bodoh... cuma beda cara berpikir.

aku ini, si peringai bodoh. ini bukan kumpul aksara pengubah , sekadar ucapku: aku hidup. Aku pernah ada. Lantas aku pernah berpikir.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun