Pemanfaatan Bakteri Rhizosfer untuk pengendalian penyakit Moler: Langkah Baru dalam Pertanian Berkelanjutan
Penulis: Syabila Nurul Fitri, S.P., Prof. Dr. Ir. Nur Prihatiningsih, M.S., dan Prof. Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P.
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) bukan hanya bumbu dapur yang memperkaya rasa masakan, tetapi juga menyimpan segudang manfaat kesehatan dan nilai ekonomi tinggi. Selain membantu menurunkan gula darah, kolesterol, dan tekanan darah, bawang merah mampu mencegah penggumpalan darah, melancarkan peredaran darah, serta meningkatkan kekebalan tubuh. Sayangnya, praktik budidaya bawang merah di Indonesia masih menghadapi tantangan besar, termasuk serangan jamur Fusarium oxysporum f.sp cepae, pemicu penyakit moler yang mengancam produktivitas tanaman ini.
 Penyakit moler menjadi ancaman serius bagi budidaya bawang merah karena dapat menurunkan hasil panen secara signifikan. Sayangnya, penggunaan pestisida kimia secara berlebihan oleh petani justru memunculkan masalah baru, seperti pencemaran lingkungan dan residu kimia yang berbahaya. Sebagai solusi yang lebih ramah lingkungan, pengendalian alami dengan biopestisida berbasis bakteri rhizosfer bawang merah menawarkan harapan baru. Penelitian ini mengeksplorasi potensi bakteri Bacillus sp. BM1 dan Bacillus sp. BM3 dari rhizosfer bawang merah, yang diformulasikan dengan air cucian beras dan tepung tapioka untuk menciptakan biopestisida efektif dan berkelanjutan.
Dalam penelitian ini, pembuatan formula dimulai dengan memanaskan 2 liter air cucian beras hingga mendidih, kemudian menambahkan 6 gram terasi, 10 gram gula pasir, dan 2 mL CMC 10%, diaduk hingga rata. Setelah dingin, campuran disaring dan ditambahkan 50 mL suspensi Bacillus sp. BM1/BM3. Formula cair ini kemudian dikemas dalam botol plastik ukuran 250 mL dengan tambahan 2 mL CaCO3 cair. Pengaplikasian dilakukan pada hari ke-11, ke-22, ke-33, ke-44, dan ke-55 setelah tanam (HST) dengan dosis 10 mL per tanaman.
Untuk formula padat, sebanyak 800 gram tepung tapioka dicampur dengan 1000 gram kompos, 100 gram CaCO3, dan 100 gram gula pasir hingga merata. Selanjutnya, media padat ini dicampurkan dengan 50 mL suspensi Bacillus sp. BM1 dan BM3, menggunakan hand sprayer sambil diaduk hingga tercampur rata. Hasilnya dikemas dalam plastik seberat 500 gram, menghasilkan empat plastik untuk masing-masing bakteri. Pengaplikasian formula padat dilakukan pada hari ke-11, ke-22, ke-33, ke-44, dan ke-55 HST dengan dosis aplikasi sebesar 2 gram per tanaman
Â
Lebih menarik lagi, uji analisis variabel pertumbuhan tanaman menunjukkan dampak positif yang nyata terhadap berbagai aspek pertumbuhan bawang merah varietas Bima Brebes. Formula ini tidak hanya meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan kehijauan daun, tetapi juga berkontribusi pada bobot segar dan kering tanaman, laju pertumbuhan, jumlah umbi per tanaman, bobot umbi segar dan kering, diameter umbi, serta total kandungan fenol. Dengan demikian, biopestisida ini tidak hanya berfungsi sebagai pengendali penyakit, tetapi juga sebagai pemacu pertumbuhan yang optimal bagi bawang merah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI