Mohon tunggu...
Syabila Nurul Fitri
Syabila Nurul Fitri Mohon Tunggu... mahasiswa

saya mahasiswi magister agronomi pertanian dengan hobi saya berkebun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemanfaatan Bakteri Rhizosfer untuk pengendalian penyakit Moler: Langkah Baru dalam Pertanian Berkelanjutan.

8 April 2025   11:55 Diperbarui: 8 April 2025   12:17 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
A Tanaman bawang merah sehat. B. Bawang merah yang terserang gejala awal penyakit moler (Koleksi Pribadi).

Pemanfaatan Bakteri Rhizosfer untuk pengendalian penyakit Moler: Langkah Baru dalam Pertanian Berkelanjutan

Penulis: Syabila Nurul Fitri, S.P., Prof. Dr. Ir. Nur Prihatiningsih, M.S., dan Prof. Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P.


Bawang merah (Allium ascalonicum L.) bukan hanya bumbu dapur yang memperkaya rasa masakan, tetapi juga menyimpan segudang manfaat kesehatan dan nilai ekonomi tinggi. Selain membantu menurunkan gula darah, kolesterol, dan tekanan darah, bawang merah mampu mencegah penggumpalan darah, melancarkan peredaran darah, serta meningkatkan kekebalan tubuh. Sayangnya, praktik budidaya bawang merah di Indonesia masih menghadapi tantangan besar, termasuk serangan jamur Fusarium oxysporum f.sp cepae, pemicu penyakit moler yang mengancam produktivitas tanaman ini.
 Penyakit moler menjadi ancaman serius bagi budidaya bawang merah karena dapat menurunkan hasil panen secara signifikan. Sayangnya, penggunaan pestisida kimia secara berlebihan oleh petani justru memunculkan masalah baru, seperti pencemaran lingkungan dan residu kimia yang berbahaya. Sebagai solusi yang lebih ramah lingkungan, pengendalian alami dengan biopestisida berbasis bakteri rhizosfer bawang merah menawarkan harapan baru. Penelitian ini mengeksplorasi potensi bakteri Bacillus sp. BM1 dan Bacillus sp. BM3 dari rhizosfer bawang merah, yang diformulasikan dengan air cucian beras dan tepung tapioka untuk menciptakan biopestisida efektif dan berkelanjutan.

Formula cair air cucian beras dan formula padat tepung tapioka. (Koleksi Pribadi).
Formula cair air cucian beras dan formula padat tepung tapioka. (Koleksi Pribadi).
Air cucian beras, yang sering dianggap limbah, ternyata menyimpan potensi luar biasa dengan kandungan 90% karbohidrat, mineral esensial, protein, dan vitamin B1 hingga 80%. Kandungan ini dapat mendukung pertumbuhan koloni bakteri dengan lebih baik (Wardiah et al., 2014). Di sisi lain, tepung tapioka sebagai bahan pembawa formula tidak hanya mudah ditemukan dan terjangkau, tetapi juga sangat praktis digunakan. Keunggulan tepung ini menjadikannya pilihan ideal untuk pembuatan biopestisida padat yang memudahkan petani dalam transportasi dan aplikasi.
Dalam penelitian ini, pembuatan formula dimulai dengan memanaskan 2 liter air cucian beras hingga mendidih, kemudian menambahkan 6 gram terasi, 10 gram gula pasir, dan 2 mL CMC 10%, diaduk hingga rata. Setelah dingin, campuran disaring dan ditambahkan 50 mL suspensi Bacillus sp. BM1/BM3. Formula cair ini kemudian dikemas dalam botol plastik ukuran 250 mL dengan tambahan 2 mL CaCO3 cair. Pengaplikasian dilakukan pada hari ke-11, ke-22, ke-33, ke-44, dan ke-55 setelah tanam (HST) dengan dosis 10 mL per tanaman.
Untuk formula padat, sebanyak 800 gram tepung tapioka dicampur dengan 1000 gram kompos, 100 gram CaCO3, dan 100 gram gula pasir hingga merata. Selanjutnya, media padat ini dicampurkan dengan 50 mL suspensi Bacillus sp. BM1 dan BM3, menggunakan hand sprayer sambil diaduk hingga tercampur rata. Hasilnya dikemas dalam plastik seberat 500 gram, menghasilkan empat plastik untuk masing-masing bakteri. Pengaplikasian formula padat dilakukan pada hari ke-11, ke-22, ke-33, ke-44, dan ke-55 HST dengan dosis aplikasi sebesar 2 gram per tanaman
 
Hasil penelitian menggunakan biopestisida formula cair dan padat. Dipanen pada usia 59 HST pada tanggal 29 Juli 2024. (Koleksi Pribadi).
Hasil penelitian menggunakan biopestisida formula cair dan padat. Dipanen pada usia 59 HST pada tanggal 29 Juli 2024. (Koleksi Pribadi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula biopestisida berbasis Bacillus sp. BM1 dan BM3, baik dalam bentuk cair menggunakan air cucian beras (A dan B) maupun dalam bentuk padat dengan tepung tapioka (C dan D), terbukti efektif dalam mengendalikan penyakit moler pada bawang merah. Analisis variabel patosistem menunjukkan pengaruh signifikan terhadap intensitas penyakit serta efektivitas pengendalian, menjadikan formula ini sebagai solusi yang menjanjikan untuk meningkatkan kesehatan tanaman.
Lebih menarik lagi, uji analisis variabel pertumbuhan tanaman menunjukkan dampak positif yang nyata terhadap berbagai aspek pertumbuhan bawang merah varietas Bima Brebes. Formula ini tidak hanya meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan kehijauan daun, tetapi juga berkontribusi pada bobot segar dan kering tanaman, laju pertumbuhan, jumlah umbi per tanaman, bobot umbi segar dan kering, diameter umbi, serta total kandungan fenol. Dengan demikian, biopestisida ini tidak hanya berfungsi sebagai pengendali penyakit, tetapi juga sebagai pemacu pertumbuhan yang optimal bagi bawang merah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun