Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kisah Nabi Isa dan Batas Nalar Manusia

11 Juli 2025   21:08 Diperbarui: 11 Juli 2025   21:16 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Kisah-Kisah Sufi karya Idries Shah (sumber: dokumentasi pribadi)

Kisah selesai sampai di situ. Sebuah cerita sangat pendek, tapi menyisakan makna mendalam terkait situasi umat manusia dan perkembangan teknologi hasil olah pikir nalar manusia.

Batas nalar

Kita bisa mengibaratkan Kata Rahasia itu sebagai nalar manusia untuk mendapatkan pengetahuan dan menyusun ilmu pengetahuan (sains) guna menyingkapkan rahasia-rahasia terdalam alam semesta dan kalau perlu menaklukkannya, seperti manusia yang terobsesi untuk hidup abadi misalnya. Perkembangan sejarah ilmu pengetahuan di titik ini sudah sampai ke taraf luar biasa, seperti penemuan bom nuklir, kloning, robot, Akal Imitasi (AI), dan lain sebagainya.

Akan tetapi, nalar ternyata punya hasrat jelajah yang liar dan bersemangat penaklukan (contohnya menaklukkan kematian) sampai tidak memusingkan batas etis yang semestinya ia jaga. Kasus Oppenheimer dengan bom atomnya adalah contoh nyata.

Atau, dalam dunia fiksi, kita bisa melayangkan ingatan pada tokoh Monster ciptaan Victor Frankenstein yang ingin menjelma layaknya Tuhan (playing God) untuk menciptakan kehidupan dalam buku klasik karangan Mary Shelley, Frankenstein. Pada akhirnya, Victor justru diteror oleh monster ciptaannya yang tak bernama itu hingga menjumpai ajal.

Manusia yang mendapatkan Kata Rahasia Nabi Isa juga menjadi ibarat Sisifus yang mencuri rahasia dewa (pengetahuan) dan akhirnya dihukum untuk menjalani tugas absurd menggelindingkan batu dari atas, membawanya ke atas lagi, menggelindingkannya ke bawah, dan begitu seterusnya (Albert Camus, Mite Sisifus, Gramedia, 1996). Kita disuruh Camus membayangkan bahwa Sisifus bahagia, padahal belum tentu juga itu yang dirasakan Sisifus.

Kita jadinya membayangkan bagaimana jika manusia terus dengan proyek nalarnya dan bisa mengkloning manusia? Manusia akhirnya akan mengalami krisis identitas seperti dialami pesulap Angier dalam novel The Prestige (sudah difilmkan oleh Christopher Nolan dengan pemeran Hugh Jackman dan Christopher Bale) yang mengklon dirinya terus menerus dengan alat ciptaan Nikolai Tesla demi bisa hidup abadi dan memenangi kompetisi dengan sesama pesulap, Borden, sampai Angier akhirnya tidak tahu lagi siapa dirinya.

Imajinasi pun dapat kita alamatkan pada skenario film the Matrix karya Wachowski Brothers/Sisters yang diperankan Keanu Reeves. Film itu menggambarkan situasi apokalipstik di mana manusia pada satu titik ditundukkan dan diperbudak oleh robot dan Akal Imitasi (AI) yang dibuat oleh manusia itu sendiri.

Dengan kata lain, nalar cogito Cartesian yang menempatkan kesadaran manusia sebagai pusat haruslah menyadari bahwa daya jelajah nalar, betapa pun bertenaganya dia, ada batasnya. Adapun batas itu adalah berupa etika yang mesti menjaga martabat kehidupan, identitas, dan eksistensi autentik manusia itu sendiri. Jika tidak, daya jelajah nalar boleh jadi akan mengantarkannya pada wilayah liar di mana hanya nasib malang yang menanti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun