Mohon tunggu...
Suyono Apol
Suyono Apol Mohon Tunggu... Insinyur - Wiraswasta

Membaca tanpa menulis ibarat makan tanpa produktif.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Becak] Kompasianival 2018 dan Tukang Becak

17 September 2018   09:30 Diperbarui: 17 September 2018   09:42 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: bali.tribunnews.com | becak_20180115_123730.jpg

Orang menyebut saya mantan tukang becak. Terserahlah. Even so, saya lebih suka disebut Tukang Becak 2004-2014. Catet!

Honestly, saya mencintai noble profession itu maka anak sulung saya yang jadi satpam di suatu complex pun saya tarik untuk jadi tukang ojek sebagai preparation untuk jadi tukang becak pada proper time nanti. Unfortunately membership tukang ojek di neighborhood kami sudah full padahal ia sudah resign dari job-nya sebagai security guard. Yah, unemployed sebentar never mind.

Semenjak tidak gowes becak lagi, saya sibuk babysitting cucu, atau main gitar kalau cahaya bulan di atas 0,2 lux (lumen/m2). So, sudah cukup lama saya tidak concern dengan dunia perbecakan, except kalau saya melihat ada satu dua tukang becak yang too creative sehingga cara gowesnya tidak mirip dengan cara saya dulu. Kepada mereka saya jadi merasa terpanggil untuk memberikan sentilan atau sempritan.

Lately kehidupan tenang saya a little bit disturbed. Seorang teman satu alma mater, school of kesatpaman, minta bantuan agar ia bisa jadi tukang becak di neighborhood ini. Actually, teman saya ini lebih suitable jadi tukang delman karena ia memang horse lover. Yang jadi problem, ia mau merebut lapak orang lain. Ia membuat jargon #2019GantiPebecak.

Saya tidak suka dengan cara-caranya yang selfish. Minta tolong tapi semua bagian yang beneficial dalam proses perebutan lapak ini mau diambilnya. For example, beli becak dan service harus dari workshop dia, tukang becak substitute dari gang (genk) dia, eh terakhir dia mau gang-nya yang meng-handle TOA juga. Padahal anak saya kan sedang jobless, seharusnya di-utilized lah.

Teman saya ini doesn't care bahwa bisnis workshop becak saya akhir-akhir ini rada sluggish. Literally para mechanics-nya pun kerja part time di mana-mana termasuk membantu tukang becak yang mau digantikan oleh horse lover ini. Sesudah semua itu terjadi, dia ngomel-ngomel. Katanya saya berjalan dengan dua kaki. Memang mau main hopscotch (demprak/dampu) pakai satu kaki?

Kompasianival 2018

Relevant dengan dunia perbecakan ini ada acara yang saya anggap important, setidaknya important untuk saya. Sekitar November nanti ada acara annual yang disebut Kompasianival which is semacam festival yang merupakan kopi darat para Kompasianer, netizen, dan content creator dari all over Indonesia, bahkan ada yang dari abroad. Of course sambil menikmati sajian konten yang interesting. Kalau tema tahun lalu adalah "Kolaborasi Generasi", tema tahun ini menurut dugaan kami, para tukang becak, adalah sekitar "Beyond Generation". Tahun ini more than usual, which is Kompasiana akan merayakan anniversary-nya yang ke-10. Lalu apa relation-nya dengan tukang becak?

Literally seperti pada previous Kompasianival, sejumlah tokoh nasional, praktisi digital, influencer, dan sosok inspiratif lainnya akan di-invite. Nah karena ini adalah festival yang prestigious dan berkelas premier, saya akan very disappointed kalau bukan saya yang di-invite sebagai representative of tukang becak nanti, paling tidak anak saya lah yang di-invite. Anak saya tidak kalah handsome than Jojo "no-shirt", juga istrinya tidak kalah attractive than Raisa Andriana yang katanya sedang pregnant itu. Catet!

Selamat ber-Kompasianival Bros and Sis Kompasianer.

-o0O0o-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun