Di akhir tahun 2014, istri tiba-tiba saja kesulitan buang air besar. Â Kami mengira bahwa itu gangguan sembelit. Â Oleh karena itu kemudian saya mencarikan obat pencahar baik yang oral maupun yang dimasukkan ke lubang dubur, dengan harapan sembelitnya dapat diatasi.
Meski sudah menggunakan obat pencahar, kesulitan buang air besar itu masih terasa. Â Buang air besar masih bisa dilakukan tetapi itu hanya sedikit saja. Rasa mulas di perut mulai terasa sehingga akhirnya kami mendatangi rumah sakit daerah untuk periksa. Dokter setelah melakukan diagnosa kemudian merujuk ke rumah sakit propinsi di daerah kami.
Dokter di rumah sakit propinsi akhirnya melakukan biopsi yakni pengambilan sample dan dikirim ke lembaga medis Jakarta. Â Setelah itu baru disampaikan bahwa istri menderita penyakit kanker usus besar atau tumor colon tadi dan sudah pada stadium 4!
Saya sendiri kaget, karena selama ini istri tidak pernah sekalipun sakit. Â Hanya memang di akhir tahun 2014 itu, dia selain mengalami kesulitan buang air besar, sebelumnya mengeluh karena tangan atau jari jemarinya sering merasa kesemutan.
Operasi Pengangkatan Kanker dan Kolostomi
Untuk mengatasi penyakit itu, dokter kemudian melakukan operasi pengangkatan kanker dan kolostomi. Â Operasi ini mengambil tumor yang terdapat pada saluran pembuangan dengan cara memotong dan kemudian menyambungnya lagi. Â Setelah itu untuk sementara dibuatkan lubang saluran pembuangan kotoran di perut. Â Dengan harapan setelah sambungan usus itu kuat, maka lobang kolostomi itu akan ditutup dan pembuangan kotoran melalui saluran yang normal.
Lobang kolostomi di perut itu diperlukan kantong plastik khusus yang selalu menempel untuk mengantisipasi keluarnya kotoran sewaktu-waktu. Â Dalam hal ini memang perlu kesabaran dan biaya tambahan. Â Bisa dibeli plastik kantong kolostomi di apotek. Â Plastik ini tebal dan dapat digunakan beberapa kali. Â Hanya saja lem yang sangat kuat dapat menyebabkan iritasi pada pasien. Â
Oleh karena itu sebagai solusi, penderita bisa membuat kantong plastik sendiri dengan plastik biasa dengan menggunakan solasi bolak-balik untuk perekatnya. Â Solasi bolak-balik tidak begitu kuat merekatnya pada kulit, sehingga tidak mudah menyebabkan iritasi.
Kami ketahui juga ada seorang pasien penderita penyakit ini, setelah operasi pengambilan tumor, dia tidak mau dibuatkan lubang kolostomi. Â Sehingga untuk menghindari saluran usus pembuang kotoran berfungsi, maka dia melakukan puasa.Â
Hanya minum saja sampai jangka waktu tertentu hingga saluran usus pembuangan dinyatakan aman. Â Selama berpuasa itu, dia berkata bahwa tubuhnya memang kurus kering, karena disengaja tidak mendapatkan asupan.
Tindakan Kemoterapi