Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wonogiri di Malam Hari, Ingatan Melayang ke Sana ke Mari

18 Januari 2022   07:49 Diperbarui: 18 Januari 2022   13:04 1482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alun-alun Wonogiri (Sumber foto: Solopos.com)

Oleh karena itulah orang-orang di Desa Gebang saat itu, melakukan usaha penggemukan sapi.  Mereka akan mencari sapi-sapi yang kurus dengan harga yang relatif murah dari berbagai tempat.  

Setelah itu akan mereka pelihara dengan pakan yang sudah dicampur tape ketan tersebut. Tiga bulan setelah gemuk, akan mereka jual, kemudian mereka akan membeli sapi lagi untuk digemukkan.

Terinspirasi dengan ampas tape ketan yang dapat menggemukkan sapi, maka saat di meja ruang tamu di rumah Pak Lurah yang kami tempati tersaji brem maka segera kusikat. Menjelang KKN berakhir, kutimbang berat badanku, eh naik 5 kilogram, hehehe...

Penggembalaan yang dilakukan penduduk desa Gebang aku rasa agak unik. Sapi maupun kambing, mereka gembalakan di padang rumput tepi Waduk Gajah Mungkur. 

Karena jarak padang penggembalaan dengan desa mereka cukup jauh, maka mereka akan membuat tenda, tidur berhari-hari bersama ternak mereka, pulang ke rumah sesekali saja karena kepentingan keluarga atau sosial kemasyarakatan.

Angkringan Kisah Kekalutan Hati

Bersama istri menikmati aneka rupa jajanan angkringan yang tersaji (Dokumen Pribadi)
Bersama istri menikmati aneka rupa jajanan angkringan yang tersaji (Dokumen Pribadi)

Kami akhirnya menemukan warung angkringan di pinggir jalan.  Kami memesan teh hangat tawar dan susu jahe.  Jahenya digepuk langsung, sehingga menurut anak dan istri saya, terasa banget hangatnya.  

Saya sempat menikmati "sega kucing" sambel bandeng.  Baik sambel maupun bandengnya sedikit sekali.  Harganya tiga ribu rupiah.  Teringat saat kuliah di UNS dulu.  Di tahun 85-an, harga sega kucing itu cuma seratus rupiah, itulah menu makan saya hampir setiap hari.

Kami berkenalan dengan penjual angkringan itu.  Namanya Wiwik (47), rumah Salak, Kecamatan Kota Wonogiri. Dia bercerita bahwa bekerja angkringan sudah 12 tahun dan bekerja sebagai buruh penjual. Menurutnya, ia buka angringan dari sore sampai sekitar jam10/ 11 malam, kadang sampai jam 12 malam tutupnya. 

Sehari-harinya ia dibayar 50 ribu rupiah. Wiwik memiliki 3 orang anak yang sudah mentas atau berumah tangga semua, dan saat ini ia sudah punya cucu. Kelihatan indah kisahnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun