Suntuk bekerja tidak boleh membunuh momen keceriaan hang out dengan kawan-kawan. Karena acara kumpul-kumpul 'nongkrong bersama' dapat  menyemaikan kebugaran ingatan.  Setelah itu akan tumbuh keceriaan, terutama saat berbagi cerita. Bukan monopoli anak-anak muda, momen kumpul-kumpul yang demikian justru memiliki berjuta makna bagi orang-orang tidak muda lagi.
Ada seorang kawan menceritakan kejadian yang dialaminya. Â Kawan yang berprofesi sebagai jaksa menyampaikan dirinya sering mengalami peristiwa-peristiwa konyol. Saat berkisah, kawan itu tidak kuat menahan gelak tawanya. Bagaimana bisa menahan tawa? Pada suatu hari, ia pergi ke kantor sangat pagi. Bisa dibilang paling pagi. Betapa terkejutnya, saat teman-teman yang datang setelahnya menatap dengan tatapan yang aneh. Mereka menatap ke arah kawan jaksa tersebut dengan penuh keheranan. Lantaran, kawan-kawan lainnya memakai seragam dinas, dirinya malah memakai batik seperti mau pergi kondangan. Setelah menyadari ada yang salah, dia tidak bisa menyembunyikan rasa malunya. Kawan tersebut merasa serba salah. Lalu, apa yang dia lakukan? Akhirnya, Â dirinya terpaksa menelpon anaknya untuk mengantarkan baju dinasnya ke kantor.Â
Setiap menghadapi 'hari yang tidak baik-baik saja' seperti itu, begitu ada kesempatan longgar, kawan aparat penegak hukum tersebut mengajak hang out di sebuah warung kopi agak jauh dari kota. Menghindari hiruk pikuk pekerjaan menumpuk. Menertibkan irama jantung,  ngobrol 'ngalor-ngidul' dengan kawan-kawan. Banyak topik pembicaraan yang meluncur dari masing-masing pribadi. Lalu lintas pembicaraan mengalir bak 'water fall'. Anehnya sekian banyak tema obrolan mendapatkan sambutan dari kawan-kawan yang lain. Dialektika alamiah berjalan lancar, meskipun tanpa sistematika. Diskusi menjadi berwarna penuh dengan respon, konfirmasi, dan klarifikasi. Diskusi berjalan hangat. Ada  tanggapan, kadang  berupa pertanyaan atau komentar atas pandangan secukupnya. Interaksi di antara kawan-kawan mengalir dengan deras. Tidak terasa waktu habis, sementara tumpukan materi obrolan masih menggunung.
Suatu hari seorang kawan 'nongkrong' menelpon dengan diiringi dengan tawa kecil. Cekikikan. "Mas, kata Pak Jaksa hari ini tidak baik-baik saja," ujarnya sambil tertawa. "Ada apa?" tanyaku ingin segera mengetahui duduk perkaranya. "Tadi pagi katanya beliau ke kantor memakai sandal. Lupa tidak memakai sepatu," terangnya menjelaskan. "Lalu?" seperti biasa kalau hari tidak baik-baik saja pasti kawan tersebut mengajak 'ngopi'. "Nanti saya jemput ya. Beliau ngajak ngopi," begitu ujarnya melalui telpon genggam. Seperti biasanya, saya mengiyakan ajakan tersebut.
Setelah pesan minum dan makananan, kesempatan hang out kali ini diisi dengan review atas kejadian konyol yang dialami kawan jaksa tersebut. Suasana yang tadinya dingin menjadi pecah penuh tawa. Ada seorang kawan yang tidak bisa menahan tawa. Ia tertawa-tawa sejadi-jadinya. Ngakak. Ada di antaranya hampir tersedak, karena minum sembari menahan tawa.
Seorang kawan lain segera ambil kendali sebagai pembuka obrolan. Kali ini menyoal kawan yang hidup sendiri tanpa pasangan hidup. Sebenarnya ini masalah privat, sangat pribadai. Namun, yang bersangkutan tidak pernah merasa keberatan kalau keberadaannya itu diotak-atik. Apalagi kalau obrolan itu mengarah pada seseorang kawan perempuan cantik, kawan sekolah di bangku SMP. Sepertinya pokok obrolan itu membangkitkan hatinya menjadi berbunga-bunga. Terlihat di raut mukanya ada rasa tersipu malu, tapi juga ada 'mau'. Justru dirinya yang memancing-mancing untuk melanggengkan obrolan  membahas perempuan tersebut dilanjutkan. Setiap ada kawan lain beranjak untuk membicarakan sesuatu dengan tema lainnya, yang bersangkutan justru menarik-narik pembicaraan kembali pada obrolan seputar perempuan tersebut.
Beberapa hari ini belum ada kabar bahwa 'hari ini tidak baik-baik saja'. Jadi, kawan-kawan masih menunggu kabar 'mencemaskan' itu. Seperti biasa, kalau tersiar kabar 'hari ini tidak baik-baik saja' maka kawan-kawan akan merapat berkumpul di tempat 'nongkrong'. Tidak hanya sekadar mengobrolkan pekerjaan, lebih dari itu menyemai suasana ceria, menata irama kerja sebab usia sudah beranjak tua. Tidak muda lagi. Butuh 'healing' untuk menyirnakan kepenatan, sehingga walaupun sudah berusia tetap mampu bekerja menunaikan tugas mendekati sempurna dan perkasa dalam menuntaskan kewajiban sampai paripurna.Â
    Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI