Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Membaca Surat Kurt Cobain

12 September 2013   07:01 Diperbarui: 18 April 2017   10:23 1697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13789436351824863097

[caption id="attachment_265362" align="aligncenter" width="450" caption="Kurt Cobain (Getty Images)"][/caption] Awal September lalu secara tak sengaja kubaca di internet surat utuh vokalis Nirvana, Kurt Cobain (1967-1994), yang menarik tapi suram. Surat itu khabarnya ditemukan di dalam saku jaket jasadnya di sebuah ruangan di atas garasi rumahnya di Lake Washington oleh pegawai Veca Electric bernama Gary Smith, 8 April 1994. Surat tersebut ditulis pelantun "Smells Like Teen Spirit" sebelum ia bunuh diri, 5 April 1994. "Jadi ingatlah, lebih baik terbakar habis, daripada memudar," tulis Cobain menutup suratnya, seolah intisari alasan ia mengakhiri hidup. Sampai di sini, tiba-tiba, aku teringat penyair Chairil Anwar (1922-1949),  yang juga mati muda dan tak kalah menyedihkan. Begitulah adanya. Bahkan, seorang roker pun kadang hanyalah sosok yang lembut, ringkih, dan cengeng. Suatu kontradiksi antara cadas dengan embun yang menetes dari ujung daun di pagi hari. "Aku adalah Jesus man, seorang pisces yang lemah, peka, tidak tahu terima kasih, dan sedih... Aku hanyalah seorang anak yang angin-anginan dan plin-plan! Sudah tidak ada semangat yang tersisa dalam diriku," lanjutnya putus asa. Dunia serasa kosong. Siapa sangka seorang penyanyi seterkenal Kurt Cobain ternyata tak menikmati aksi di atas panggung. Seperti ditulis Kurt dalam suratnya, bahwa ia berbeda dengan Freddie Mercury yang begitu menikmati pemujaan penonton. Kurt tidak begitu. "Sudah terlalu lama aku tidak lagi merasakan kesenangan dalam mendengarkan dan juga menciptakan lagu sama halnya seperti ketika aku membaca dan menulis. Tak bisa dilukiskan lagi betapa merasa bersalahnya aku atas hal-hal tersebut," tulis Kurt seolah kehilangan daya. "Contohnya, sewaktu kita bersiap berada di belakang panggung dan lampu-lampu mulai dipadamkan dan penonton mulai berteriak histeris, hal itu tidak mempengaruhiku, layaknya Freddie Mercury, yang tampaknya menyukai, menikmati cinta dan pemujaan penonton. Sesuatu yang membuatku benar-benar kagum dan iri," lanjutnya. Dalam keterpurukan yang parah karena kombinasi berbagai masalah---jiwa yang rapuh, bronchitis, laryngitis, dan ketergantungan obat-obatan---Kurt Cobain mengakhiri hidupnya. Malam, 1 April 1994, Cobain lari dari panti rehabilitasi kecanduan obat-obatan dan baru ditemukan setelah jadi mayat, 8 April 1994. Kurt Cobain berterima kasih pada semuanya, termasuk para penggemar. Inilah ucapan terima kasih terakhir darinya: "Dari dasar perut mualku yang serasa terbakar, aku ucapkan terima kasih atas surat dan perhatian kalian selama ini." Sumber: 1, 2, dan 3 (SP)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun