Memang tidak semua Gen Z rapuh. Setiap generasi memiliki tantangan dan situasi tersendiri.
Terpicu oleh kegelisahan  pak Merza Gamal pada bedah buku di acara 17 Agustusan Kopaja71, sehingga menulis dan menerbitkan buku berjudul "Mempersiapkan Generasi Alpha Masuk Dunia Kerja Sejak Dini". Kegelisahan ini terakumulasi dari karakter Gen Z yang dinilai rapuh, sehingga pak Merza Gamal juga mengkhawatirkan nasib generasi berikutnya.
Bila Gen Z rapuh akibat era digital yang dikuasai media sosial yang memicu stress, kecemasan dan depresi, akibat jurang sosial yang makin menganga dan transparan, sehingga Gen Z selalu ingin tampil sempurna. Apalagi generasi sesudahnya.
Ditambah pengalamannya di bidang sumber daya manusia, yang memiliki data-data sulitnya Gen Z untuk memasuki dunia kerja, padahal mereka harus tampil maksimal, agar bisa menyamai gaya hidup para influencer.
Hal inilah yang memicu Gen Z mengalami gangguan kesehatan mental. Gen Z kurang tangguh dalam menghadapi kehidupan yang keras, akibat pola asuh orangtuanya yang salah. Mereka lahir, dan dibesarkan dalam keluarga yang relatif mapan, sehingga mereka hanya menikmati hal-hal yang serba nyaman. Sekolah diantar jemput dengan mobil, kurang menguasai pelajaran di sekolah, sudah siap guru les private, mau makanan / minuman tinggal pesan - pesanan sudah langsung diantar ke depan rumah. Bahkan berpakaian saat ke sekolah sudah ada ART yang memakaikan kaus kaki dan sepatu, serta menyiapkan pakaian seragam dan tas.
Semuanya serba enak. Berbeda dengan generasi orangtuanya, mungkin mengalami masa perjuangan, mengalami krisis ekonomi berkali-kali, karena Republik ini masih berusia muda saat itu, ke sekolah jalan kaki, bahkan ada yang harus berjualan koran di sore hari bila sekolah pagi, karena kesulitan ekonomi.
Akibatnya, orangtua menjadi tangguh. Akibat tekanan di berbagai kejadian, mereka jadi serba bisa. Bahkan saat merantau, mereka belum tahu keadaan di tempat tujuan.
Berbeda dengan Gen Z, era digital mempermudah segalanya. Mau sekolah di Jawa, mereka sudah dapat melihat melalui gawainya, keadaan di Jakarta atau Yogyakarta.
Mau kost atau mencari pondokan, orangtua atau mereka sudah bisa mencari informasi melalui internet. Berbeda dengan situasi saat orangtua merantau, mereka masih buta keadaan, dan mencari kost atau pondokan berdasar pengalaman teman atau modal bertanya.
Yang lebih celaka lagi, beberapa sekolah telah menerapkan pendidikan berdasar passion. Akibatnya, Gen Z hanya memiliki pengetahuan yang disukainya saja  Misal mereka memiliki passion di bidang teknik, mereka tidak perlu mempelajari bidang ekonomi. Akibatnya saat masuk ke dunia kerja, sulit diterima, karena keterbatasan kemampuan dan keterampilannya.
Yang lebih celaka lagi, kurikulum budi pekerti telah dikeluarkan dari kurikulum sekolah. Dampaknya, Gen Z menjadi manusia yang tidak berkarakter  inilah yang menjadi sebab, gen Z sulit diterima kerja. Karena sikapnya pada saat wawancara saja, sudah menunjukkan etika yang negatif.
Terlebih paska pandemi Covid, dimana muncul fenomena WFH dan WFA, yang tidak mengharuskan karyawan selalu masuk ke kantor. Pejabat HR yang rata-rata masih generasi sebelum Gen Z terbengong-bengong saat ditanya, apakah kantor ini memiliki kebijakan WFH dan WFA.
Bagi pejabat HR yang merupakan karyawan dari boss yang berasal dari generasi sebelum Gen Z, tentu jarang yang mdmperbolehkan WFH dan WFA, bahkan terlambat masuk kantor saja sudah dinilai indisipliner.
Jadi, bila Gen Z mau mudah diterima di dunia kerja, sebaiknya memahami situasi perusahaan yang dilamarnya. Dan hindari hal-hal yang dapat menyebabkan sulit diterima di dunia kerja, seperti :
* Jangan terpengaruh media sosial
Meski gen Z hidup pada era digital, harus pandai memilah mana yang pantas ditiru dan yang tidak  Hindari pola hidup hedonisme.
* Jarang bersosialisasi
Era digital membuat Gen Z lebih egosentris, kurang mau bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Tentu akan sulit bekerja dalam team.
* Sekarang sudah bukan era pandemi
Bila kita mendapatkan bidang pekerjaan yang sulit untuk dilakukan remote, ya sebaiknya tetap hadir di kantor (WFO). Jangan menuntut WFH atau WFA.
* Ketangguhan mental
Meski orangtua sudah relatif lebih mapan, sebaiknya jangan terlalu memanjakan anak.. Biarkan mereka sekali-kali jatuh, agar mereka lebih tangguh.
* Pentingnya budi pekerti
Meski sekolah sudah meninggalkan kurikulum budi pekerti. Orangtua wajib memberikan pelajaran budi pekerti ini. Pelajaran ini hanya bisa diberikan dengan contoh konkret, tidak bisa hanya dipelajari melalui internet.
Dengan melakukan tindakan yang dicantumkan di atas, semoga pengaruh keadaan yang menyebabkan gen Z sulit diterima di dunia kerja dapat diminimalisir. Demikian pula pada generasi berikutnya, seperti Alpha dan Beta  Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI