Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kafe Kekinian yang Kembali ke Alam

30 September 2022   05:00 Diperbarui: 30 September 2022   05:05 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kafe (sumber: jajandolan.com )

Bagi kita yang sering berburu kuliner, mulai 1 September 2022, di Witana Harja, Pamulang Barat, Tangerang Selatan telah dibuka cabang ketiga dari Temu Cafe, yang diberi tagline "White Forest". Sebelumnya, Temu Cafe telah buka di Bekasi dan Depok.

Rupanya pengusaha kafe, cukup jeli melihat pangsa pasar baru. Mereka tidak berkutat di Jakarta (PIK, Kelapa Gading, Kebayoran Baru dan mall), tetapi mulai menyasar Bodetabek.

Hutan kota (sumber: Idntraveling.com)
Hutan kota (sumber: Idntraveling.com)

Konsep yang ditawarkan pada kafe baru ini, adalah kembali ke alam. Menempati area yang cukup luas, memiliki ruangan didalam & diluar.  Alam sekitar masih hijau oleh hutan kota, dan terletak ditepi danau. Ruangan di luar berupa kebun dan tempat duduk di tepi danau. Cocok bagi kita yang ingin bersantai atau menyelesaikan tugas kuliah dan kantor.

Daerah Pamulang dipilih, karena terdapat pasar yang memiliki ceruk khusus yakni mahasiswa, Universitas Pamulang, iTI dan UIN Sjarif Hidayatullah.

Harga diset tidak terlalu mahal, bahkan pada satu bulan pertama ini masih memberikan diskon 20%. meski tetap ada pajak restoran 10%. Harga per orang untuk makanan minuman minimal 50 ribu Rupiah.

Menu makanan minuman sangat bervariasi, jadi kita akan bingung memilihnya. Makanan menyediakan steak ayam dan sapi, kuliner Indonesia, kuliner Barat, nasi dengan ayam krispi, rice bowl, pizza, ikan, pasta, kweetiaw & mie, nasi goreng, mie bakso, snack dan dimsum. Sedang minuman menyediakan kopi dan non kopi, teh, artisan tea,  susu, mocktail, jelly, dynamite, boba dan squash.

Kafe ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap, mulai dari toilet yang bersih, wifi, colokan listrik, area parkir yang luas, AC untuk ruangan didalam, dan mushola.

Pengalaman berkunjung

Karena rumah kita di Witana Harja, suatu malam kita iseng berkunjung jalan kaki, tanpa membawa gawai. Iseng mencoba kafe baru di wilayah kita.

Ternyata kita mendapat layanan yang kurang simpatik dari pelayan kafe. Saat kita minta menu, mereka hanya menyodorkan sandi QR yang harus dipindai. Kita jelaskan baik-baik, bahwa kita iseng, jadi tidak membawa gawai.

Untung ada pelayan yang baik hati meminjamkan gawainya, namun tulisannya terlalu kecil, sehingga tak terbaca oleh mata tua. Mungkin target pelanggannya, hanya generasi millenial dan Z. Akhirnya, dengan sopan, kita meminta menu manual, ternyata ada. 

Saat kita akan memesan makanan dan minuman, timbul masalah baru. Menurut pelayan, harus memesan dengan aplikasi. Katanya peraturan di kafe ini. Terpaksa kita mengatakan kembali, bahwa kita tidak membawa gawai, barulah ada pelayan yang bersedia menerima pesanan kitai secara manual.

Ricebowl (dokpri)
Ricebowl (dokpri)

Makanan dan minuman, akhirnya keluar sesuai pesanan kita. Sambil bersantai, kita melihat terdapat tiga larangan: tidak boleh membawa makanan minuman dari luar, tidak boleh membawa kamera dan tidak boleh membawa satwa. Larangan pertama jelas, karena hampir sama dengan kafe lain. 

Larangan kedua agak janggal, kita dilarang membawa satwa, namun didalam kafe banyak berkeliaran kucing liar yang siap mengerubuti sisa makanan kita setelah kita selesai makan. 

Larangan ketiga juga janggal, karena mereka mewajibkan pelanggan membawa gawai, padahal semua orang tahu bahwa gawai sekarang otomatis memiliki fitur kamera. Jadi larangan ini mubazir. 

Lagi pula pada promosinya disebutkan kafe ini memiliki spot yang Instagramable, ya harusnya boleh bawa kamera. Justru spot menarik ini yang akan mendatangkan pelanggan.

Boba (dokpri)
Boba (dokpri)

Dari segi rasa tidak buruk, tetapi juga tidak istimewa. Tetapi sambal harus diminta, padahal pada gambar menu sudah tersedia. Boba yang disajikan sudah menggumpal, sehingga sulit disedot, dan tenggelam dibawah gelas.

Dimsim (dokpri)
Dimsim (dokpri)

Saat akan membayar, juga timbul masalah, karena belum menerima kartu kredit dan kartu debit. Hanya menerima pembayaran secara tunai atau dengan sandi QR. 

Kafe ini memang benar-benar hanya ingin melayani generasi muda. Bagi kita yang jadul, bersabarlah, karena pelayan akan kurang ramah saat menghadapi kita yang dianggap seperti orang aneh alias gaptek. Sebaikbya pengalama ini membuat kebijakan manajemen kafe lebih fleksibel guna meraih lebih banyak pelanggan.

Bagi kita yang ingin kembali ke alam, silakan berkunjung ke kafe ini. Tetapi jangan lupa bawa gawai ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun