Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lilin Sinarnya Menerangi Kegelapan

12 Desember 2020   08:09 Diperbarui: 12 Desember 2020   08:13 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lilin (sumber: merahputih.com)

Pernahkah listrik padam pada saat Anda sedang bekerja? Jelas pekerjaan dengan peranti yang membutuhkan daya listrik hanya bertahan hingga baterai habis bahkan emergency lamp juga tergantung dari daya tahan baterai. Bila daya tahan baterai sudah habis, hanya lilin yang dapat dengan mudah diraih untuk menyediakan penerangan. Meski Anda dapat juga menghidupkan lampu petromax dan sejenisnya.

Lilin dalam bahasa Inggris disebut candle, bahasa serapan dari bahasa Latin cardere, yang artinya sinar berkelap kelip. Untuk membuat lilin mengeluarkan cahaya, caranya harus membakar ujungnya. Meski sinar lilin hanya kecil, namun cukup bermanfaat guna menerangi kegelapan di sekelilingnya.
Ketika sebuah lilin dinyalakan, lilin dapat membagikan cahayanya, bahkan mampu menyalakan lilin-lilin lainnya. Namun lilin akhirnya habis terbakar dan padam, setelah sekian waktu memberikan cahayanya untuk menerangi kegelapan.

Dalam kehidupan sering kali manusia terjebak dalam situasi kegelapan, itulah sebabnya Anda harus dapat bertindak seperti lilin untuk menerangi kegelapan di sekitar Anda. Hiduplah bagai lilin yang mampu menerangi lingkungan sekitar Anda.

Anda dapat memberikan terang bagi lingkungan Anda melalui ucapan dan tindakan Anda. Awali dari lingkungan terdekat Anda di dalam keluarga, tempat kerja lalu meluas dimana saja Anda berada.
Karena sekecil apa pun cahaya yang diberikan oleh sebuah lilin, kegelapan dapat diteranginya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun