Judul : Alam untuk masa depanÂ
Oleh : Sutarno
Bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang pandai bersyukur untuk setiap nikmat. Sebuah ungkapan yang membuka kesadaran pentingnya bersyukur atas bumi yang kita tempati.Â
Apalagi negeri Indonesia, bumi Nusantara dengan segala kekayaan alamnya yang melimpah dan beraneka ragam. Kekayaan yang berselimutkan keindahan. Â
Dunia mengaguminya, bagaimana dengan respons kita? Ini sebuah tanggung jawab besar maka diperlukan langkah besar. Mengapa? Karena pada saat yang sama dituntut tanggungjawab dan komitmen yang tinggi dari masyarakat maupun pemerintah. Ini sebuah amanah yang harus dikerjakan bersama-sama baik masyarakat maupun pemerintah. Siapapun kita, apapun profesi dan jabatan kita.
 Tidak bisa disangkal bahwa bangsa Indonesia diberi Tuhan kekayaan alam hayati yang melimpah ruah. Di daratan kita menyaksikan hutan yang luas, kehidupan flora dan fauna yang beraneka, tanah yang sangat subur untuk pertanian dan perkebunan, belum lagi kandungan alam yang melimpah.Â
Di lautan tak  terhitung jumlah spesies yang hidup, belum lagi ikan yang sangat banyak. Jangan heran jika Indonesia menjadi pusat perhatian dunia.  Jadi teringat lirik lagunya Koes Plus yang berkata. "Tanah kita tanah sorga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman". Kesuburan berpadu dengan keindahan yang tak terbantahkan.  Sungguh sumber daya alam yang membanggakan.
Ini sebuah kekayaan alam yang sangat benilai. Sebuah negeri yang sangat diberkati. Seharusnya Indonesia sangat kaya. Â Akan tetapi dalam perjalanannya, kerusakan, pencemaran , bahkan kepunahan sudah di depan mata. Mengapa hal ini bisa terjadi?Â
Manusia bukan lagi sahabat alam tetapi pemangsa alam. Manusia lupa akan tanggung jawabnya untuk mengelola sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Apakah akan kita biarkan? lalu apa kata dunia? bahkan apa kata anak cucu  kita nanti ?
 Kita boleh bangga, Indonesia punya hutan terluas ketiga di dunia. Kita boleh bangga dengan keanekaragaman tumbuhan dan hewan yang ada. Tapi apalah artinya, jika pada saat yang sama kita menyaksikan masih adanya eksploitasi  sumber daya alam hayati sehingga ekosistemnya menjadi  terganggu karenanya. Semuanya demi apa? Pembangunan dan pembangunan.Â