Mahyeldi barangkali bukan pemimpin yang buruk. Ia jujur, bersahaja dan tetap rendah hati. Tapi politik bukan hanya tentang integritas, ia juga tentang daya juang dan keberanian melawan sistem yang nyaman.
PKS di Sumatera Barat hari ini seperti jamaah yang terlalu lama bertakbir, tapi lupa melangkah. Mereka mengulang doa yang sama, tanpa sadar jemaah di belakangnya sudah pulang duluan.
Dan Mahyeldi, di beranda rumah dinas itu, mungkin masih menatap langit sambil menggumamkan kalimat yang sama, doa sekaligus pembelaan, sederhana tapi getir:
“Jika kritik itu saya, maka akan saya perbaiki. Jika bukan, akan jadi pembelajaran.”
Sebuah kalimat yang terdengar indah, tapi juga menakutkan. Sebab bila terlalu sering diucapkan, bisa jadi itu tanda bahwa seseorang sudah berhenti berjuang, dan hanya bertahan.
Oleh, Andre Pratama
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI