Mohon tunggu...
A.S.Su.santi
A.S.Su.santi Mohon Tunggu... Freelancer - I hear I see

Perempuan yang gemar berkelana dalam imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tuhan Bilang Esok, Bukan Hari Ini

3 Februari 2022   15:16 Diperbarui: 3 Februari 2022   15:25 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali diberi kesempatan untuk bertemu dengan dua Februari yang membawaku keperulangan tanggal lahir. Umur yang sudah tak muat lagi dihitung dengan jumlah jari tangan dan kaki. Ini bukan perkara yang mesti dirayakan dengan kue tar yang berlapis dan berwarna-warni, tiupan lilin, ataupun balon yang dipecahkan. Bilangan umur bertambah yang juga berarti jatah hidup berkurang.  

Namun semenjak saya menjadi wali kelas. Siswa-siswa perwalian saya selalu rutin menghadiahkan kue tar tiap bertemu dengan dua Februari. Kadang diberikan di sekolah. Kadang pula mereka bawa ke rumah. Sebuah kesyukuran yang sangat besar bahwa mereka peduli dengan wali kelas meski mereka sering kena omelan dari saya.

Meski tak begitu berharap, tapi di tanggal cantik 02-02-2022pun dalam hati menerka-nerka mereka bakalan mengucapkan selamat ulang tahun atau tidak? Tidak usah berpikir ke kue tar seperti tahun-tahun sebelumnya. Mengingat antara saya dan perwalian kali ini, jujur tidak sedekat dengan perwalian sebelum pandemi melanda. Kami jarang bertemu, bahkan mukanya saja tidak begitu aku kenali. Hanya beberapa orang saja yang saya hapal betul muka dan namanya.

Jadwal tatap muka 100% yang baru saja dimulai seminggu yang lalu membuat mereka agak kewalahan menyesuaikan diri. Harus ke sekolah tiap hari ditambah lagi tugas yang harus dikumpul tepat waktu. Saya sangsi mereka bakalan punya waktu untuk mencari tau tanggal lahir saya. Pagi sampai siang di tanggal dua beberapa sahabat sudah mengucapkan selamat bertambah usia lewat sosmed. Sampai malam harinya sama sekali tidak ada tanda-tanda dari perwalian. Oke fix mereka mengabaikan momen ini.

Timbullah perasaan sangat tak berarti bagi mereka dalam hati. Agak merasa miris dalam hati sudah pasti sangat saya rasakan. Meski tadinya tak berharap tapi alter ego berbisik “masa sih sekedar ucapan selamat bertambah usia 1 dari 24 orang perwalian sama sekali tidak ada?” Ketika siang hari saya berharapnya mungkin sore ada yang tiba-tiba mengucapkan. Sorepun tiba  saya kembali menghibur diri tunggulah sampai malam. Dan malampun tiba tapi hasilnya zonk.

Akhirnya saya mencoba untuk menerima kenyataan bahwa mereka memang tidak tau dan tak mau mencari tau. Saya jadi sadar bahwa tidak sepatutnya berharap dengan sesuatu yang tidak pasti. Mencoba menerima kenyataan bahwa tahun ini merupakan tahun pertambahan usia tanpa andil hiruk-pikuk dari siswa perwalian.

Keesokan harinya di tanggal tiga. Aktifitas mengajar berjalan seperti biasanya. Mencoba menepis rasa kecewa dari tanggal dua kemarin. Mencoba bersikap biasa saja. Bercengkrama di ruang guru ketika istirahat tiba. Tanpa ada angin dan hujan tiba-tiba badai menerpa. Dengan muka kusut Wakamad Kesiswaan yang habis berpatroli keliling tiba-tiba menghampiri. “Tolong deh perwaliannya diurusin dulu, mereka buat onar di kelasnya”. 

Dengan nada super tinggi. Kagetlah saya pastinya. Tanpa ba bi bu saya segera beranjak dari tempat duduk. Segera melangkah menuju kelas perwalian. Dalam hati berkata” Wah…wah… sefatal apa kali ini yang mereka perbuat sampai saya harus turun tangan”. Perwalian saya ini adalah kelas unggulan. Jarang bahkan hampir sama sekali tidak pernah berbuat kesalahan tentunya.

Bercampurlah rasa kecewa yang kemarin dengan insiden yang baru-baru mereka perbuat. Jadi satu bercampur aduk. Sambil melangkah saya menajamkan fokus ke arah kelas mereka. Mencoba mengamati dan menebak apa yang terjadi. Tiba di depan kelas kok anehnya hening. Saya langsung masuk ke dalam kelas dengan kata-kata mutiara yang sudah terangkai semenjak meninggalkan ruang guru tadi. Ternyata mereka sudah berjejer dengan sekotak donat dengan toping warna-warni. 

Di atasnya ada tulisan “HBD IBU SUSI”. Terharu dong sayanya. Rupaya mereka tadi bekerjasama dengan Wakamad Kesiswaan untuk memancing saya datang ke kelas mereka. Dengan pura-pura cuek saya katakan kepada mereka kan sudah lewat. Dengan serempak mereka menjawab maaf Bu kemarin kami sangat-sangat sibuk. Dengan senyum mengembang saya menghampiri mereka. Mengucapkan terima kasih. Dan mengajak mereka menikmati bersama apa yang mereka berikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun