Seperti peribahasa, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Marina ternyata meniru ibunya. Di rumah, Marina mengalami kekerasan. Marina menjadi pelampiasan ibunya yang setres karena pernikahannya diambang kehancuran.
Ternyata semua ini bermula dari kedekatan antara ibunya Shizuka dengan ayahnya Marina. Marina menjadi korban dari ibu yang abusif dan melampiaskannya kembali kepada Shizuka di sekolah.Â
Naoki, teman sekelas mereka juga tidak mendapat cukup perhatian dari orang tuanya. Ayahnya entah ke mana. Ibunya menuntut dia untuk sempurna, membuat Naoki merasa tidak cukup berharga ketika disandingkan dengan kakak laki-lakinya yang jenius.
Hal ini membuat Naoki rentan. Dia sadar telah dimanfaatkan Shizuka, tetapi senang menjalaninya karena akhirnya ada orang yang mengandalkannya.
Satu-satunya orang dewasa yang berguna mungkin hanya Junya, kakaknya Naoki. Dia mengorbankan diri dan menyelamatkan Naoki dari kehancuran mental.Â
Lalu, apakah semua yang terjadi di Takopi no Genzai adalah salah orang dewasa?
Saya tidak bisa mengatakan bahwa itu sepenuhnya benar. Ya, karena ketidakhadiran mereka, perkembangan psikologi anak-anak menjadi terhambat bahkan membawa penyimpangan. Tetapi, menurut saya orang dewasa tidak lain adalah produk yang dihasilkan oleh masyarakat.
Ibunya Marina tidak bisa lepas dari hubungan yang toksik. Meski tahu suaminya berselingkuh, dia tidak bisa bercerai begitu saja. Suaminya membenarkan perbuatannya menyewa hostess karena dialah yang mencari uang.
Hal seperti ini dapat terjadi di masyarakat Jepang yang patriarkal. Pembagian peran rumah tangga timpang. Pihak istri dibebankan urusan rumah tangga, tetapi tidak punya kebebasan finansial.Â
Jika bercerai pun, pihak suami tidak mau mengurus anak mereka. Seperti ayahnya Shizuka yang pergi begitu saja tanpa mempedulikan Shizuka. Imbasnya, ibunya Shizuka harus mencari pekerjaan walaupun itu artinya memilih pekerjaan yang dicap negatif di masyarakat.