Korupsi yang terjadi saat ini seolah telah menjadi budaya yang sangat lekat dan tak bisa terpisahkan dari kehidupan di negeri ini. Korupsi telah bertumbuhkembang dari Petty Corruption, menjadi Grand Corruption, menurut kami kini sudah sampai pada level Political Cooruption.
Penyimpangan ini telah berjalan sejak ratusan tahun lalu,serjalan pelan tapi melenakan, hingga menjadi kebiasaan yang populis dan dianggap hal biasa, hingga tertanam menjadi budaya buruk. Secara logika, rasanya sulit banget untuk menghentikan lajunya, hmm mengurangi saja sudah terasa berat.
Tinjaun spiritual, keburukan hanya bisa dikikis dengan kebaikan, kebiasaan buruk pun juga bisa dirubah dengan kebiasaan baik, budaya korupsi bisa dierosi dengan budaya antikorupsi. Tantangnnya, membangun budaya itu butuh kesatuan komitmen semua pihak, dibutuhkan strategi yang ditata rapi, dan dibutuhkan konsistensi untuk menjalaninya.
Tips Membangun Budaya Antikorupsi
Keteladanan (mulai dari diri sendiri)
Ketika membaca kata keteladanan, kita akan tararah pada seorang sosok yang memang patut menjadi percontohan. Bila dalam sebuah kelompok, institusi, atau instansi formal, maka sosok suritauladan adalah pimpinan (ini sangar ideal).
Bila keteladanan dari pihak yang kita harapkan tak nampak dari pandangan, lantas apakah proses pembangunan budaya dihentikan? Tidak dong, harus terus dilanjutkan. Lalu siapa yang menjadi sosok teladan? Ya.. mulai saja dari diri sendiri, masing-masing jadilah sosok teladan, karena setiap langkah menuju kebaikan kan tercatat dalam putaran semesta.
Membangun ekosistem anti korupsi
Selanjtunya prsonal-personal yang membangun diri (dalam keteladanan) berkomunitas, berjamaah, terorganisir sehingga menjadi ekosistem yang saling menguatkan. Dengan adanya ekosistem ini, kebiasaan baik diharapkan terjaga sepanjang masa. Maka pembangunan budaya akan bisa terasa manfaatnya, dan nampak dampak perubahannya.
Pendidikan sejak dini dan Penanaman Nilai-nilai Antikorupsi