Mohon tunggu...
susilo ahmadi
susilo ahmadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - sekedar menyalur hobi menulis

cuma orang biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus SMP 1 Turi, Gambaran Minimnya Budaya Safety Kita

23 Februari 2020   09:02 Diperbarui: 23 Februari 2020   09:08 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya akan menulis tentang kisah anak tetangga anak kelas 1 SMP bernama M beberapa tahun lampau. Waktu itu hari pertama lebaran, ketika sedang bertamu di rumah salah satu kerabat di depan rumah M mendadak ada orang datang dengan tergopoh-gopoh memberikan kabar jika M telah mengalami kecelakaan parah. 

Saya kaget dan penasaran dengan penyebab sekaligus kronologinya. Sore harinya baru terjawab. Ceritanya si M berangkat silaturahmi bersama 2 orang temannya naik motor (tanpa pakai helm jelasnya). Sampai di sebuah jalan dia disalip oleh motor yang lebih jelek dari miliknya itu. Dia pun merasa panas hatinya dan langsung tancap gas. 

Rupa-rupanya M tidak menyadari jika di depan ada bagian jalan yang cembung. Spontan M dan teman-temannya jatuh. Kedua temannya pingsan tetapi langsung sadar tak lama kemudian. Nahas bagi M dia tak sadarkan diri dalam waktu lama. 

Keluarganya pun membawanya ke klinik pratama terdekat tetapi tidak bisa menangani sehingga dirujuk ke RS swasta. RS pun siap melakukan penanganan dengan biaya 100 jutaan. Orang tua M merasa keberatan walaupun sebenarnya mereka tidaklah miskin.  

Bahkan salah satu kerabatnya yang tajir mau memberikan bantuan berapapun uang yang dibutuhkan. M pun di-pulang paksa dan dirawat di rumah salah satu perawat selama beberapa hari. 

Berhubung kondisi M semakin memburuk maka M pun dibawa ke RSUD dengan SKM (Surat Keterangan Miskin). Walaupun namanya SKM tetapi di desa saya siapapun boleh mendapatkannya. Sayang sudah terlambat dan M meninggal beberapa  hari kemudian.

Kisah ini cukup fenomenal di desaku tetapi adakah orang tua di sini yang belajar dari kisah ini? Tidak banyak. Sampai hari ini saya masih sering melihat anak-anak SD (bukan SMP) naik motor (bodong) bertiga atau berempat ngebut di jalan desa (padahal jalan desa sempit semua dan tidak rata). Bahkan tak jarang sambil tertawa-tawa dan pernah mengejek saya yang naik lebih lambat. 

Istri saya di belakang bilang, "lihat yah!" Saya pun cuma berkata, "ah sudah biasa itu. Indonesia gitu looh!" "Justru hal-hal semacam itu harus dilestarikan mam karena ini adalah ciri khas rakyat kita hehe...", saya menambahi sembari tersenyum kecut.  Safety itulah yang selalu diabaikan oleh masyarakat kita sementara di negara maju justru safety itu nomor 1.  Sebuah logika terbalik dan apakah karena ini ya yang membuat negara kita sulit maju pesat? Entahlah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun