Mohon tunggu...
susilo ahmadi
susilo ahmadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - sekedar menyalur hobi menulis

cuma orang biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Menanti Fitri Kembali Pulang

23 Mei 2019   05:11 Diperbarui: 23 Mei 2019   05:21 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Di suatu sore ketika sedang ngabuburit bersama keluarga di pinggir jalan, istri mendadak menepuk pundak saya, "Yah, itu si Fitri pulang!" Sekilas saya melihat seorang wanita sedang mengendarai motor melintas cepat di tengah jalan membonceng anak kecil. Saya kenal sekali anak kecil itu adalah putra Fitri yang bungsu yang kadang-kadang datang bermain ke rumah. Sejenak ingatan saya melayang kepada berbagai kejadian beberapa tahun silam. 

Fitri, tentu nama tak asing bagi saya karena dia adalah saudara sepupu sendiri walaupun sudah lama sekali tak pernah bertemu. Rumah orang tuanya juga tidak jauh dari rumahku. Kalau naik motor juga hanya butuh sekitar 10 menitan. 

Saya selalu bersilaturahmi ke rumah orang tuanya setiap hari lebaran. Maklumlah orang tua Fitri super sibuk sehingga sangat jarang berada di rumah. Mereka adalah petani kaya yang memiliki ladang yang lumayan luas yang ditanami cabai merah besar, melon, tembakau, dan padi.

Lepas lulus SMA Fitri menikah dengan seorang pemuda. Pernikahan mereka berjalan sekitar 8 tahun dan dikaruniai dua orang anak sebelum akhirnya rumah tangganya buyar berantakan. Penyebabnya konon karena status ekonomi mereka berdua yang jomplang. 

Fitri pun kemudian memulai pekerjaan sebagai buruh pabrik tembakau tetapi sayangnya entah karena apa pabrik itu kemudian tutup. Si Fitri kemudian mengisi waktunya dengan membantu pekerjaan orang tuanya di ladang hingga selanjutnya saya mendengarnya menikah lagi dengan seorang pemuda dan hidup bersama si pemuda di sebuah desa yang jauh. Anak-anaknya dirawat dan dibesarkan oleh ibunya sampai sekarang. 

Di sinilah titik kehidupannya mulai berubah drastis. Rupa-rupanya suami barunya itu bukanlah orang yang baik bahkan ada salah satu kerabatnya yang pernah mengatakan jika dia adalah seorang preman terminal. 

Saya heran bagaimana Fitri bisa memilih calon suami seperti itu? Tak berselang lama suaminya terlibat kasus pencurian motor yang membuatnya harus berurusan dengan hukum. Bagian terburuknya adalah kasus ini ternyata kemudian melibatkan Fitri. Fitri dan orang tuanya merasa ketakutan sekaligus mungkin malu berat sementara itu suaminya sudah divonis hukuman penjara selama tiga tahun.

Dengan kekuatan uang yang dimiliki orang tuanya dikirimlah Fitri ke tanah Papua untuk menghindari proses hukum. Dia diikutkan tinggal di rumah salah seorang kenalan orang tuanya. Selama itulah semua kabar tentang Fitri hanya saya dengar melalui mulut orang tuanya jika sedang datang ke rumah. 

Walaupun saya tak pernah menanyakan kabar Fitri secara langsung tetapi orang tuanya selalu spontan menceritakan semuanya kepada keluarga kami. Mau tak mau kami pun mendengarkannya sekaligus menyampaikan rasa ikut bersedih dengan nasib Fitri tetapi kami tahu nasi telah menjadi bubur. Sejak saat itulah saya mengetahui Fitri hidup berpindah-pindah tak menentu dari kota ke kota dari tanah Papua hingga ke pulau Sumatra. 

Mungkin semua yang dilakukannya itu agar tidak terlacak oleh polisi atau memang karena malu atau apa saya tak tahu pasti. Yang terakhir bapaknya bercerita sudah mengurus surat perceraian Fitri. Jadilah sepertinya biduk rumah tangga mereka pun akhirnya kandas bahkan sebelum saya sendiri sempat melihat wajah suami barunya itu.

Sebenarnya dulu saat masih anak-anak, kami berdua sering bermain bersama-sama dengan sepupu-sepupu lainnya. Saya tahu dia adalah anak yang baik tetapi sayang mungkin orang tuanya terlalu memanjakannya sejak kecil dan masih ditambah salah pergaulan dengan teman-teman sekolahnya yang kurang baik yang membuatnya jadi seperti itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun