Mohon tunggu...
Suryokoco Suryoputro
Suryokoco Suryoputro Mohon Tunggu... Bicara tentang Desa - Kopi - Tembakau - Perantauan

Berbagi pandangan tentang Desa, Kopi dan Tembakau untuk Indonesia. Aktif di Organisasi Relawan Pemberdayaan Desa Nusantara, Koperasi Komunitas Desa Indonesia, Komunitas Perokok Bijak, Komuitas Moblie Journalis Indonesia dan beberapa organisasi komunitas perantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu HP Dua WhatsApp, Kamu Terlihat Pendamping Desa Profesional @KompasianaDESA

15 Mei 2025   22:11 Diperbarui: 15 Mei 2025   22:11 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arwan mengangguk-angguk. "Tapi kalau warga nanya WA jam 9 malam, masa aku cuekin?"

"Bisa dijawab esok hari," kata Dito. "Kalau penting, mereka akan tunggu. Kalau nggak penting, justru kamu selamat dari stress."

Yusuf tersenyum. "Kamu ingat nggak waktu kamu pernah share foto jalan berlumpur, lalu sore harinya istri kamu upload status foto masakan, terus malamnya kamu pasang status quotes patah hati. Itu semua satu nomor."

"Parahnya," tambah Bima, "grup dinas ikut lihat. Lurahnya nanya, 'Mas Arwan ini kok kayak labil ya status WA-nya'."

Tawa pecah lagi. Arwan mengusap wajahnya. "Ya Allah... aku jadi bahan meme di forum internal, ya?"

"Sedikit," canda Dito. "Tapi jujur, ini bisa dihindari kalau kamu pisah nomor."

Arwan akhirnya menyeruput kopinya. "Oke, aku ngaku kalah. Kalian bener. Selama ini aku kira warga itu cuek. Tapi ternyata... semua orang menilai."

Yusuf tersenyum. "Nomor WA itu kayak seragam kita. Dari situ orang tahu kita ini siapa. Jadi nggak lucu kalau profil pendamping desa tapi fotonya anak kecil pakai topi kelinci."

"Apalagi namanya cuma 'WAN'. Klien simpan kontakmu jadi 'Wan Apaan'," celetuk Bima disambut tawa lebar.

Arwan tertawa sambil menggeleng. "Baiklah, mulai besok: foto profil pakai batik, nama lengkap, status inspiratif, dan WA dibagi dua. Deal?"

"Deal!" seru mereka serempak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun