Mohon tunggu...
Suryan Nuloh Al Raniri
Suryan Nuloh Al Raniri Mohon Tunggu... Pengawas Sekolah

Penulis dan Conten Creator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi BINA Dalam Mencapai Tujuan Satuan Pendidikan

1 September 2025   15:51 Diperbarui: 1 September 2025   15:51 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siklus BINA dalam Pendampingan Sekolah (dokpri)

Sebagai pemimpin pembelajaran maupun pemimpin satuan pendidikan, salah satu tanggung jawab utama adalah memastikan seluruh guru dan staf bergerak pada visi dan misi sekolah. Visi tersebut tidak hanya dituliskan di dinding atau dokumen resmi, tetapi harus hidup dalam praktik keseharian. Untuk mencapainya, diperlukan suatu kerangka yang terstruktur yang melibatkan strategi BINA (berpikir, inkuiri, aksi nyata, dan analisis akhir atau evaluasi). Dengan keempat langkah tersebut, tujuan organisasi dapat lebih mudah dipahami, dilaksanakan, dan dicapai secara berkesinambungan.

Langkah pertama adalah membangun budaya berpikir. Berpikir di sini tidak sekadar berpikir logis, melainkan berpikir reflektif dan visioner. Guru dan staf perlu diajak memahami arah kebijakan nasional, daerah serta sekolah, menelaah kondisi nyata, serta menganalisis peluang maupun tantangan. Dalam hal ini semua stakeholder pendidikan perlu berpikir dalam memahami regulasi yang berlaku pada saat itu. Pemimpin dapat memfasilitasi forum diskusi atau rapat refleksi yang terarah sehingga setiap individu merasa memiliki andil dalam merumuskan strategi pencapaian tujuan. Dengan demikian, pola pikir kolaboratif dapat terbangun, bukan hanya sekedar menjalankan rutinitas. Kegiatan berpikir ini juga harus dilandasi oleh data dan bukti nyata, bukan sekadar persepsi atau opini. Misalnya, analisis capaian pembelajaran, analisis hasil belajar siswa, tingkat kehadiran, partisipasi orang tua, atau inovasi pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan mengolah data tersebut, guru dan staf mampu melihat gambaran objektif tentang capaian sekolah. Pemimpin berperan untuk mengarahkan agar data tersebut dipahami bersama, lalu dijadikan pijakan dalam menentukan prioritas kegiatan berikutnya.

Setelah kegiatan berpikir, tahap selanjutnya adalah inkuiri. Inkuiri dalam konteks organisasi sekolah berarti menumbuhkan rasa ingin tahu, keberanian mencoba hal baru, dan semangat meneliti permasalahan pembelajaran maupun pengelolaan sekolah. Guru dapat melakukan inkuiri melalui penelitian tindakan kelas, sementara staf dapat melakukan inkuiri melalui kajian efisiensi tata kelola administrasi. Pemimpin perlu menyediakan ruang untuk eksplorasi ide serta memberi kepercayaan agar guru dan staf tidak takut salah ketika mencoba. Inkuiri juga membutuhkan dukungan kolaborasi lintas peran. Sehingga dinamakan inkuiri kolaboratif. Guru dapat berbagi praktik baik dalam lesson study atau komunitas belajar, sedangkan staf dapat mendiskusikan strategi pelayanan yang lebih efektif. Dengan pendekatan ini, setiap warga sekolah merasa diberdayakan dan memiliki kontribusi nyata. Pemimpin pendidikan harus menjadi fasilitator yang memastikan bahwa inkuiri ini menghasilkan pengetahuan baru yang relevan dan dapat diaplikasikan pada kebutuhan sekolah.

Tahap berikutnya adalah aksi nyata. Pemikiran yang matang dan hasil inkuiri tidak akan bermakna tanpa tindakan konkret. Aksi nyata dilakukan dengan melaksanakan program yang sudah dirancang, baik dalam pembelajaran, layanan administrasi, maupun kerja sama dengan orang tua dan masyarakat. Guru dapat menerapkan metode pembelajaran inovatif yang telah diuji, sementara staf bisa menerapkan sistem layanan digital untuk mempercepat administrasi. Pemimpin harus memberikan arahan jelas, memfasilitasi sumber daya, dan memastikan aksi berjalan sesuai rencana. Aksi nyata ini juga menjadi bukti komitmen organisasi terhadap kualitas. Setiap program yang dijalankan sebaiknya dikomunikasikan kepada seluruh warga sekolah agar tumbuh rasa kebersamaan. Misalnya, pelaksanaan program literasi sekolah, program numerasi sekolah, pelaksanaan pembiasaan, kokurikuler, ekstrakurikuler dan lomba inovasi pembelajaran, atau pengembangan platform digital yang mendukung manajemen sekolah. Dengan adanya aksi yang konsisten, visi sekolah tidak hanya menjadi wacana tetapi terealisasi dalam kegiatan sehari-hari.

Tahap terakhir adalah analisis akhir atau evaluasi. Evaluasi bukan sekadar menilai berhasil atau gagal, melainkan memahami proses, hambatan, serta peluang perbaikan. Guru dapat mengevaluasi efektivitas metode yang dipakai, staf menilai efisiensi layanan, dan pemimpin menganalisis capaian strategis organisasi. Evaluasi ini sebaiknya dilakukan secara terbuka dan partisipatif agar menghasilkan masukan yang membangun, bukan sekadar kritik. Dalam evaluasi, pemimpin perlu menekankan pentingnya siklus perbaikan berkelanjutan. Hasil refleksi harus dikembalikan lagi pada proses berpikir awal sehingga terbentuk lingkaran yang tidak terputus: berpikir, inkuiri, aksi, dan evaluasi. Siklus ini memungkinkan sekolah selalu adaptif terhadap perubahan zaman, teknologi, maupun kebutuhan peserta didik. Evaluasi yang berkelanjutan juga akan menjaga agar tujuan organisasi tetap relevan dan tidak tertinggal.

Dengan menerapkan langkah berpikir, inkuiri, aksi nyata, dan evaluasi, guru serta staf dapat berperan aktif dalam mengembangkan kualitas sekolah. Pemimpin bukan hanya memberi instruksi, melainkan menjadi inspirator, fasilitator, sekaligus pengarah yang memastikan semua pihak berjalan pada jalur yang sama. Melalui cara ini, sekolah akan berkembang sebagai organisasi pembelajaran yang dinamis, inovatif, dan mampu menghasilkan generasi yang unggul sesuai harapan bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun