Setibanya di tempat kos, Dimas menceritakan tentang Arini kepada Bagas, teman baiknya. Bagas juga kuliah di fakultas psikologi juga di UI. "Gila lu, introvert kayak lu berani tembak langsung seorang wanita. Ada jin mana nempel di otak lu?"
"Gue juga bingung Gas, kenapa bisa berani, jangan-jangan Jin Penunggu Kukusan Depok nempel ke gue...hahaha?"
Bagas adalah sahabat dan teman satu kelas Dimas di SMA, tetapi Dimas sengaja tidak langsung melanjutkan kuliah selepas lulus SMA, melainkan membantu usaha pabrik jamu orang tua dan mengadakan penelitian tentang herbal. Sejak SMA Dimas sangat menyukai bidang penelitian.
Satu tahun kemudian, Dimas melanjutkan kuliah dan bisa bertemu lagi dengan Bagas di UI. Sehingga persahabatan mereka bersambung kembali. Bagas selalu menjadi teman curhat dan diskusi Dimas.
Setelah hari itu, Dimas lebih banyak bergelut dengan buku dan penelitian, seolah-olah melupakan Arini. Hal ini membuat Arini heran, tetapi perasaan sebagai wanita merasa malu untuk mendekati Dimas meski hatinya rindu serta selalu mencuri-curi tahu tentang kegiatan Dimas. Dimas selalu menghabiskan waktunya di perpustakaan dan laboratorium untuk mengadakan penelitian tentang Jahe Merah. Arini memandang Dimas dari jauh.
Sehingga suatu hari Arini memberanikan diri untuk mendekati Dimas. "ehm..."mencoba menarik perhatian Arini.
"Ada, apa nona Arini ? apa sudah siap dengan jawabanya ?"
"Iya, udah." Jawab Arini sekenanya.
"So ?"
"Aku mau sama kamu." Jawab Arini sambil tersipu-sipu malu.
"Gitu dong, kalau begitu salaman dulu kita berdua." Kata Dimas sambil mengulurkan tangan