Di era media sosial saat ini, angka like, share, dan komentar sering dijadikan tolok ukur kesuksesan konten. Tidak sedikit influencer atau brand yang tergoda menggunakan jasa buzzer atau fake engagement untuk menaikkan angka tersebut secara instan. Bahkan ada yang menggabungkan buzzer manusia dan bot agar sulit dilacak oleh algoritma platform.
Namun, apakah praktik ini benar-benar aman dan efektif? Dan adakah cara membangun audiens asli yang lebih berharga?
Berikut alasan logis mengapa kita sebaiknya menghindari metode buzzer dan fake engagement, serta strategi membangun audiens nyata.
1. Engagement Tidak Selalu Relevan
Meskipun beberapa jasa buzzer menggunakan orang asli untuk komentar atau like, interaksi ini tidak selalu berasal dari audiens yang benar-benar tertarik dengan konten atau produk Anda. Angka tinggi yang terlihat cantik di layar tidak selalu berkontribusi pada pertumbuhan komunitas yang loyal atau konversi nyata, seperti penjualan atau pendaftaran.
2. Risiko Shadow Ban dan Penalti
Platform media sosial memiliki algoritma yang semakin canggih. Aktivitas tidak organik—meskipun sebagian dilakukan manusia—dapat menurunkan jangkauan konten, membatasi distribusi, atau bahkan menyebabkan akun terkena shadow ban. Artinya, konten asli yang Anda buat justru akan sulit ditemukan orang lain.
3. Kredibilitas dan Reputasi Terancam
Engagement palsu, termasuk komentar generik dari buzzer, mudah terdeteksi oleh audiens yang kritis. Hal ini dapat merusak kepercayaan dan reputasi brand atau personal brand. Sekali kredibilitas hilang, membangunnya kembali jauh lebih sulit daripada membangun angka instan.
4. Bisa Dipakai untuk Menipu Brand
Selain risiko pada akun sendiri, jasa buzzer dan fake engagement sering dipakai pihak ketiga untuk menipu brand atau klien. Misalnya, angka engagement palsu bisa digunakan untuk: