"Blok m blok m blok m. Ratu..ratu.. Langsung yak, langsung.. "Â
Suara tersebut menjadi sarapan setiap pagi bagi saya dan banyak orang lainnya yang biasanya menggunakan moda transportasi umum di stasiun sudirman. Biasanya, setelah saya keluar dari stasiun sudirman, bus tersebut nenjadi hal kedua yang saya cari setelah tukang koran yang biasa mangkal di depan stasiun Sudirman dan sudah menjadi barang langka saat ini.
Bus berwarna hijau putih tersebut memang menjadi andalan banyak orang yang bekerja di sepanjang jalan dari stasiun Sudirman hingga ke arah Senayan yang notabene melewati beberapa gedung perkantoran besar, mulai dari Mayapada tower, World Trade Center, Menara BNI, Chase Plaza, hingga Sudirman Central Bussines District / SCBD.
Meski semua bangku di dalam bus pagi itu sudah penuh dengan penumpang, si sopir seolah masih enggan untuk benar benar jalan dan si sopir terus memainkan pedal gas busnya dengan berjalan sangat pelan dan kadang di rem lagi, seolah bus ini langsung jalan tanpa perlu menunggu penumpang lagi. Padahal... Hufff..
Kondisi bus yang bangkunya sudah terisi semua dan belum jalan jalan pun memaksa seorang penumpang yang duduk di paling belakang dekat pintu keluar berteriak dengan nada sedikit kesal.Â
"Pak mau jalan ga sih ??"Â
Pertanyaan yang hanya mendapatkan respon berupa lirikan dari spion oleh si sopir, sementara si kenek sedang hilang entah kemana. Berselang beberapa menit, penumpang tersebut pun turun, kesal karena ia mungkin sedang buru buru dan busnya tidak jalan jalan meski sudah ada banyak  penumpang. Beberapa detik kemudian si sopir harus rela melihat semua penumpangnya turun dari bus yang di bawanya, dan membuat busnya kembali kosong melompong.Â
"Iya, ini jalan... " ujarnya pelan yang hanya diabaikan oleh semua penumpang yang kadung kesal.
Ya, semua penumpang di bus tersebut turun termasuk saya. Si sopir harus rela melihat semua penumpangnya turun dari bus yang di bawanya, sementara si penumpang yang tadi marah, bisa di bilang menang banyak dan berhasil membuat si sopir menelan ludah. Satu kalimat dan satu gerakannya cukup membuat si sopir kehilangan omset yang sudah di depan mata.
Rakus dengan mengorbankan kepentingan banyak orang memang takkan pernah membawa berkah, di sisi lain mereka yang berani bersuara adalah pembeda yang nyata, berhasil merubah keadaan dalam sekejap mata. Andai saja penumpang tadi tak bersuara dan bergerak turun, mungkin saja saya dan penumpang lainnya masih menunggu kapan si sopir akan benar benar menginjak pedal gas nya, dan andai saja si sopir mau menjalankam kendaraannya lebih awal,mungkin saja ia tak perlu kehilangan puluhan penumpangnya termasuk saya.
Gbr : 1