Mohon tunggu...
Surya Darma
Surya Darma Mohon Tunggu... Guru - Surya Darma mahasiswa PBA

Surya Darma kelahiran 30 Agustus 1998 bertempat tinggal di kampung lubuk damar, kecamatan seruway, kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh. Baru mulai belajar menulis mohon saran dan keritikan supaya menambah wawasan terlebih-lebih agar supaya tulisan yang sudah ada bermanfaat bagi khalayak banyak. 🙏 No hp: 081397541246 No wa: 082370113418

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menggapai

8 April 2021   19:00 Diperbarui: 8 April 2021   19:04 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" buk pak besok kita pagi-pagi kesawah ya...

" gak usah kamu pikirkan itu le, itu urusan ibu dan bapak kamu belajar aja yang rajin sebentar lagi kan mau UN, kejar cita-citamu.

" iya sih buk tapi kan ibu dan bapak sudah tua.

" eh to bapak ibukmu ini memang tua tapi jiwa kami mudah.

" mas masuk yuk ngantuk, buk pak yok

" dasar kamu bocah ngerusuin aja, yok pak buk masuk sudah malam ngantuk.

Malam yang sangat dingin itu tiba-tiba kelipan sinar petir menyala dengan jelas dan menghasilkan suara yang sangat mengejutkan. dibarengi dengan tiupan angin yang bergemuru diatas genteng jangkrik dan katak semakin menjadi mengeluarkan suara-suara yang amat nyaring bahkan lebih berisik dari sebelumnya seperti tangisan anak bayi yang tidak diberi asi ibunya.

Lemari terbuka Anto segera mengambil selimut untuk menghangatkan tubuhnya bersama adiknya si Japra, tubuh menggigil bulu badan pada jigrak semua, mereka segera menyelimuti badan mereka dengan kain, berbaring dibilik dengan kasur kapuk yang sudah agak usang, mata mulai sayup-sayup adiknya tertidur dengan pulas dibarengi dengan suara dengkuran yang sangat mengganggu ketenangan, Anto belum juga menutup matanya padahal sudah sangat letih dan sayup, matanya terbuka lebar dan rasa khawatir mulai menyelimutinya bagaikan selimut yang menutup seluruh tubuhnya. Anto masih kepikiran jikalau hujan turun lagi pasti tidak elak sawah akan menjadi lautan bukan hanya sawah sendiri tapi milik semua warga kampung, dan kalu ini terjadi bagaimana Anto membiayai pendidikannya ya walaupun ibunya pernah bilang bahwa itu bukan urusannya, hati nuraninya bergejolak kasihan terhadap orang tuanya yang bersusah payah mencari nafkah untuk membiayai anaknya, tapi apa daya itulah orang tua tidak mau melihat anaknya susah dan sengsara, biar baju usang asal anak baju baru, biar makan tempe dan tahu asal anak makan daging, biar kaki berlumpur disawah, keringat jatuh asal anak menjadi sukses.

Angin semakin kencang bergemuru diatas genteng, sibakan kilat menyala dan mencetar padu petir diatas Anto terkejut dan menutup mata " astagfirullah" menutup habis seluruh badannya dengan kain. Suara petir yang kedua itu rupanya memancing hujan turun, satu persatu butiran air mulai turun membasahi bumi membuat suasana semakin dingin dan suara katak dan jangkrik sudah agak meredup. Apa yang dikhawatirkan oleh Anto terjadi dan membuat anto menjadi resah dan gelisah, butiran air yang jatuh itu semakin lama semakin rapat berbarengan dengan itu terhembus oleh angin sehingga membuat butiran hujan tersebut kekanan dan kekiri seolah-olah kaki seorang penari yang sedang bergerak kesana dan kemari mengikuti arah alunan irama musik. Kilatan petir tak henti-hentinya menyala, angin bergemuru begitu kencangnya, butiran air semakin lama semakin kasar, semakin kasar, dan semakin kasar, mata mualai sayup dengan didukung oleh sejuknya suasana malam perlahan mata menutup rapat Anto terlelap walaupun dihatinya masih terlintas rasa kecewa dan putus asa, Anto mencoba untuk ikhlas menerima semuanya.

Petokan ayam jago yang bersautan dari setiap penjuru menandakan waktu pagi datang, Anto masih terlelap dipembaringannya.

" mas mas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun