Mohon tunggu...
Imam Suryanto
Imam Suryanto Mohon Tunggu... Lainnya - Just for sharing!

Government Public Relations. Founder/CEO Bright Up Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jamu Batok Yogyakarta, Warisan Budaya Bangsa

21 Januari 2019   16:58 Diperbarui: 21 Januari 2019   17:46 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamu Batok, Pasar Legi Yogyakarta

Pagi itu matahari mulai bersinar dan menghangatkan suasana di Pasar Legi, Kotagede, Yogyakarta. Lalu-lalang becak, sepeda, delman serta beberapa kendaraan motor menambah nuansa tradisional. Hiruk-pikuk para pedagang dan pembeli juga menambah ramai suasana sekitar pasar. Terlihat pagi itu para pedagang juga sibuk menjajakan dagangannya kepada pembeli di Pasar Legi. 

Konon, Pasar Legi Kotagede sudah ada sejak zaman kerajaan Mataram pada abad ke-16 dan termasuk pasar tertua di Yogyakarta dan pernah menjadi pusat perdagangan terbesar saat itu.

Jamu Batok Kotagede

Di Pasar Legi Kotagede banyak pedagang yang menjual kebutuhan pokok hingga kebutuhan lain seperti hewan peliharaan, kerajinan, bahkan beberapa furniture. Di pasar ini juga akan ditemui banyak makanan dan minuman tradisional khas Yogyakarta. Pagi ini (11/01), penulis mencoba menelusuri ke dalam keramaian Pasar Legi dan menikmati suasana pasar yang masih tradisional. 

 "Pak... Bu... mriki mampir ngunjuk jamu rumiyen," ujar Mbok jamu yang duduk di kursi lipatnya sambil menawarkan jamunya. Karena penasaran, kemudian penulis mencoba berhenti dan mendekati Mbok jamu tersebut.

Bu Ngatinah, salah satu Mbok jamu yang saya hampiri merupakan satu dari tiga penjual jamu tradisonal di Pasar Legi. Ibu dengan tiga anak ini telah berusia 58 tahun dan telah berjualan jamu selama dua puluh tahun di Pasar Legi. Uniknya, dia menjual jamu dengan cara yang sangat tradisonal. Dia memeras olahan jamunya dengan tangannya dan menyajikan jamu tersebut dengan menggunakan tempurung/batok kelapa. Hal inilah yang memperkuat nuansa lebih tradisional. Jamu yang dia racik secara manual tersebut dengan menggunakan perasan tangannya telah dia lakukan selama dua puluh tahun selama berjualan jamu di Pasar Legi Kotagede. Cara seperti ini dia adopsi dari zaman nenek dan ibunya yang dulu juga berjualan jamu di Pasar Legi.

Pembeli yang datang ke lapak Ngatinah dapat berkonsultasi terkait dengan keluhannya, misal sedang merasa pegal-pegal atau sedang ingin mengembalikan stamina atau kebugaran. Dengan piawainya, Ngatinah akan langsung meracik jamu yang tepat untuk para pembelinya, setelah jamu dia racik dengan tangannya, jamu itu dituangkan dalam gelas batok yang akan disajikan untuk pembeli. Konon, cara unik ini hanya akan Anda temui di Pasar Legi Kotagede, Yogyakarta. Dan di sana, hanya ada tiga orang penjual jamu batok. Wah, semakin langka dan perlu dijaga tradisi dan warisan leluhur kita.

Ngatinah sosok perempuan setengah  baya yang ramah dan aktif berkomunikasi. Dia menjelaskan banyak manfaat jamu kepada para pembeli. Dia juga aktif mempromosikan jamunya kepada setiap orang yang melewati lapak dagangannya. 

Saat itu pembeli jamu Ngatinah cukup ramai, harga satu botol jamu hanya lima ribu rupiah saja, cukup murah bukan? Penghasilan yang didapat Ngatinah pun cukup untuk menghidupi keluarganya. Sehari, Ngatinah dapat membawa sekitar 200 ribu sampai 300 ribu. "Mugi laris terus njeh Bu, jamune....," ungkap beberapa pembeli.

Bagi Anda yang pernah nonton film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2), ternyata ada scene dimana Cinta dan teman-temannya sedang minum jamu batok di Yogyakarta, lho. Jamu ini memang sudah cukup terkenal dikalangan pelancong yang pernah menyambangi kota Yogyakarta. Yuk, mampir minum jamu batok ketika Anda sedang berkunjung di kota gudeg ini.

Proses pembuatan jamu batok (Dokpri)
Proses pembuatan jamu batok (Dokpri)
Yuk, Cerita Jamu

Bagi sebagian besar orang Indonesia pasti tidak asing ketika mendengar kata jamu. Apa sih yang Anda bayangkan ketika mendengar kata jamu? Jamu merupakan minuman tradisonal yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita dulu. Jamu dapat dipercaya sebagai minuman tradisional yang mampu mengobati berbagai macam penyakit. Apakah Anda juga percaya dengan fakta tersebut?

Kita sebagai orang Indonesia patut berbangga karena tanah nusantara kita memiliki keanekaragaman hayati yang sangat beragam. Hal ini yang menyebabkan Indonesia menjadi negara yang sangat potensial bagi ditemukannya pengobatan herbal terbaik di dunia. Berbagai jenis tanaman herbal dapat tumbuh dengan subur di Indonesia. 

Tidak heran, jika masyarakat Indonesia sudah sejak lama menggunakan tanaman herbal sebagai pengobatan untuk mengatasi penyakit tertentu. Bahkan, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang memilih obat herbal dibandingkan dengan obat berbahan kimia.

Berbicara mengenai obat herbal, jamu merupakan salah satu bentuk olahan dari tanaman herbal yang cukup familiar. Selain berkhasiat, jamu juga dipilih karena memiliki efek samping yang minim. 

Menurut World Health Organization (WHO), terdapat sekitar 80% penduduk di beberapa negara Asia dan Afrika menggunakan obat tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan, sedangkan beberapa negara maju, 70%-80% dari masyarakatnya telah menggunakan beberapa bentuk pengobatan komplementer atau alternatif serta obat herbal. Jadi, apakah Anda tetap memilih jamu untuk mengobati penyakit tertentu?

Istilah jamu muncul pada Zaman Jawa Baru, dimulai sekitar abad pertengahan 15-16 masehi. Istilah "jamu" pun diambil dari bahasa Jawa Kuno yang terdiri dari dua kata yaitu "Djampi" yang berarti penyembuhan menggunakan obat-obatan atau doa, dan "Oesodo" berarti kesehatan. Istilah jamu ini kemudian mulai diperkenalkan ke publik melalui dukun atau tabib pengobatan tradisonal.

Hingga saat ini keberadaan jamu semakin berkembang, walaupun pangsa pasar industri jamu masih tetap rendah dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan industri farmasi tetapi pertumbuhan pangsa pasar industri jamu jauh lebih baik dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan industri farmasi yang semakin mengalami penurunan. (dilansir dari laman biofarmaka.ibc.ac.id).

Jamu perlu dikembangkan?

Menurut Anda mengapa jamu perlu dikembangkan? Trend saat ini yang serba back to nature menyadarkan masyarkaat akan pentingnya penggunaan bahan alami terutama menyangkut tentang kesehatan. Sebagian besar masyarakat telah mengerti bahwa obat tradisional selain harganya murah, mudah diperoleh, serta memberikan sedikit efek samping bagi kesehatan tubuh kita. Hal ini memberikan peluang pasar yang baik bagi perkembangan jamu di Indonesia.

sumber: shopback.co.id
sumber: shopback.co.id
Terdapat beberapa alasan mengapa jamu perlu dijaga dan dikembangkan karena meminum jamu dapat menjaga kesehatan dengan sedikit efek samping, selain itu Indonesia juga berpotensi dalam pengembangan jamu karena memiliki beragam flora didukung oleh tanah yang subur. Permintaan terhadap jamu juga terus meningkat baik domestik maupun internasional. 

Serta dalam aktivitas ekonominya, pasar industri jamu Indonesia telah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dengan nilai penjualan mencapai 6 triliun, telah menciptakan tiga juta lapangan kerja, dan dengan daerah konsumen terbesar di pulau Jawa mencapai 60% pada tahun 2017 (sumber: GP Jamu dan BPOM, 2008).

Dengan keunggulan komparatif yang dimiliki sebagai industri berbasis sumber daya lokal, KADIN  (Kantor Dagang Indonesia) dalam visi 2030 dan Road Map Industri Nasional merekomendasikan jamu sebagai klaster industri unggulan penggerak pencipta lapangan kerja dan penurun angka kemiskinan dan atas dasar kearifan lokal dan potensi yang dimiliki produk Jamu, Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi telah mencanangkan gerakan "Jamu Brand Indonesia" sebagai bagian dari kegiatan menyatukan merek jamu dalam satu payung Brand Indonesia (dilansir dari jurnal yang berjudul Potensi Pengembangan Pasar Jamu, tahun 2013).

Manfaat Jamu Tradisonal

Berdasarkan laporan dari Riset Kesehatan Dasar 2010 memberi gambaran bahwa dari populasi di 33 provinsi dengan 70.000 rumah tangga dan 315.000 orang, secara nasional 59,29% penduduk Indonesia pernah minum jamu. Dan ternyata 93,76% masyarakat yang pernah minum jamu menyatakan bahwa minum jamu memberikan manfaat bagi tubuh.

Jamu memiliki banyak manfaat, seperti beras kencur yang ampuh untuk meredakan rasa gatal saat batuk, menghilangkan rasa lelah dan pegal-pegal. Kunyit asam mampu melancarkan siklus haid bagi wanita dan penangkal saat nyeri. Wedang jahe dapat meredakan sakit kepala dan meningkatkan kebugaran. Rosela yang dapat digunakan sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh, serta racikan jamu lainnya yang sarat akan manfaat bagi kesehatan.

Nah, sudah tahu kan manfaat jamu bagi kesehatan serta alasan mengapa kita harus tetap mengembangkan jamu sebagai warisan budaya bangsa kita? Yuk, mulai sekarang kita rajin minum jamu dan bantu industri jamu sebagai produk warisan bangsa agar selalu maju.

Mari kita bersama-sama menginventarisasi seluruh jamu dari timur hingga barat, mulai dari jamu Papua, jamu Bali, jamu Madura, jamu Jawa, jamu Padang, hingga jamu dari Aceh. Keanekaragaman jamu dari Nusantara ini berpotensi memperkokoh landasan dan pilar kebudayaan dari nilai jamu, seperti halnya semboyan Bhinneka Tunggal Ika, beraneka ragam tetapi bersatu-padu sebagai suatu kesatuan mahakarya Nusantara. Dan marilah untuk tetap mendukung jamu sebagai intangible cultural heritage yang diakui oleh UNESCO.Karena jamu kita adalah warisan budaya bangsa.

Ditulis oleh:

Imam Suryanto

Pranata Humas Kementerian Perdagangan RI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun