Mohon tunggu...
Surtan Siahaan
Surtan Siahaan Mohon Tunggu... Penulis -

Berbahagialah orang yang tidak sukses, selama mereka tidak punya beban. Bagi yang memberhalakan kesuksesan, tapi gagal, boleh ditunggu di lapangan parkir: siapa tahu meloncat dari lantai 20. -Seno Gumira Ajidarma-

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pengelolaan Keuangan Saat Ramadan, Hemat Boleh Pelit Jangan

28 Mei 2018   13:15 Diperbarui: 28 Mei 2018   13:43 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi THR Lebaran/Sumber Foto: pixabay.com

Di bulan Ramadan umat muslim diwajibkan untuk berpuasa.  

Bukan hanya menahan diri untuk tidak makan dan minum, orang Islam juga diwajibkan untuk mengekang syahwat dan hasrat, termasuk keinginan untuk berbelanja.

Sayangnya, urusan nafsu yang satu ini justru sering luput kita perhatikan. Di bulan puasa, manajemen keuangan kita justru amburadul. Tidak sedikit orang yang cenderung berfoya-foya ketika Ramadan. Ibadah puasa biasanya menjadi alasan bagi kita untuk memanjakan diri dengan berbelanja.

Namun, bulan puasa juga bukan waktu yang tepat untuk kelewat hemat alias pelit. Puasa seharusnya menjadi kesempatan bagi kita untuk berbagi kepada sesama, khususnya orang di sekitar kita yang masih berkekurangan dan membutuhkan. Entah itu sanak saudara, teman maupun tetangga kita

Padahal, Islam sebenarnya mengajarkan sejumlah panduan mengelola keuangan yang sangat baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya dapat kita temukan melalui Surah Al-Furqan ayat 67 yang berbunyi:

"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian".


Ayat suci ini mengajarkan kita untuk menjauhi sifat kikir, namun juga menghindari sifat boros dan berfoya-foya. Sebab, boros dan kikir merupan dua sifat yang tidak disukai Allah SWT

Namun, kita seringkali kebingungan untuk menentukan sikap saat berbelanja. Kita tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk berhemat, dan tidak sadar jika kita sedang bersikap pelit.

Keinginan dan Kebutuhan

Sebenarnya, untuk menjadi cerdas dalam hal keuangan sangat mudah. Rumusnya hanya satu: bedakan keinginan dan kebutuhan. Dalam teori ekonomi, kebutuhan merupakan hal dasar yang harus dipenuhi demi berlangsungnya kehidupan manusia.

Sedangkan keinginan adalah kehendak atas barang dan jasa yang dianggap kurang oleh manusia dan karenannya ingin dipenuhi. Kebutuhan bersifat mengikat, sedangkan keinginan tidak mengikat. Teori ini memang kedengarannya sederhana dan sering kita dengar. Namun, tidak banyak orang yang bisa menerapkannya dengan konsisten.

Sekarang, mari kita coba bersikap terhadap sejumlah kasus terkait keuangan di bulan Ramadan yang sering membuat kita kebingungan bersikap.

1. Buka Bersama

Saat bulan puasa, undangan untuk bukber biasanya bermunculan. Jumlahnya akan semakin banyak menjelang Lebaran. Mulai dari keluarga besar, teman SD, SMP, SMA, kuliah, rekan kerja/bisnis hingga komunitas dan pertemanan.

Tentu saja acara seperti ini baik untuk silaturahmi. Namun, jika harus mendatangi semuanya, tentu biayanya akan sangat mahal. Untuk itu, sebaiknya pilih undangan yang kamu anggap paling penting seperti undangan bukber dari keluarga besar dan rekan kerja/bisnis.

2. Belanja Makanan Berbuka

Waktu berbuka puasa sering dijadikan sebagai ajang balas dendam. Karena tidak bisa makan dan minum di siang hari, orang cenderung kalap ketika berbuka. Karena lapar mata, semua makanan dibeli meskipun pada akhirnya banyak yang tersisa karena sudah kekenyangan.

Berbuka puasa yang seperti ini merupakan contoh keinginan. Padahal, cukup dengan makan kurma dan minum beberapa gelas air mineral, kebutuhan buka puasa sudah terpenuhi. Untuk makan malam, sebaiknya kurangi membeli makan di luar. Memasak makanan sendiri jauh lebih sehat dan hemat biaya.

Namun, tidak baik juga jika kita kelewat hemat dalam hal makanan. Jika memang dibutuhkan untuk membantu kita lebih kuat berpuasa, tidak ada salahnya membeli vitamin dan suplemen tambahan.

3. Baju Lebaran

Bagi sebagian besar orang Indonesia, baju Lebaran adalah suatu keharusan. Tanpa baju baru, Lebaran akan terasa kurang seru. Jika kamu memang menyediakan bujet khusus untuk baju Lebaran, maka membeli satu atau dua potong baju bukan masalah.

Namun, bila baju yang kamu punya masih tergolong bagus dan belum terlalu lama dimiliki sejak dibeli, maka anggaran belanja baju bisa dialihkan untuk keperluan lain yang lebih mendesak.

Hindari belanja keperluan Lebaran di luar perencanaan. Biasanya, hal ini terjadi ketika kita tergiur iming-iming diskon dan promo Ramadan yang membanjiri toko offline maupun online. Jangan juga bersikap kikir pada diri sendiri.

Meski baju muslim sudah sempit dan tak layak pakai, kamu masih mengenakannya saat Lebaran karena sayang membelanjakan uang.

4. Sedekah dan Ifaq

Saat Ramadan para pekerja biasanya mendapatkan tambahan pemasukan melalui THR Lebaran. Sisihkan sebagian untuk infaq dan sedekah. Untuk kebutuhan yang satu ini, tidak bijak jika kita bersifat kelewat hemat. Sebab, berbagi kepada sesama merupakan salah satu perintah dalam agama Islam.

Buat Perencanaan Keuangan

Mumpung Ramadan masih Panjang, ada baiknya untuk segera melakukan perbaikan di bidang keuangan. Ingat, dalam Islam mengelola keuangan yang baik itu bagian dari ibadah.

Nah, langkah pertama dan utama yang harus kamu lakukan adalah membuat perencanaan keuangan. Buat perencanaan sedetail mungkin. Sebagai gambaran, biasanya perencanan ini meliputi sejumlah hal berikut:

  • Pemasukan selama Ramadan (Gaji + THR)
  • Daftar belanja/kebutuhan
  • Bujet belanja
  • Keperluan Lebaran/ibadah
  • Dana darurat

Strategi 10-20-30-40

Pembagian Alokasi Belanja/Sumber: rudiyanto.blog.kontan.co.id
Pembagian Alokasi Belanja/Sumber: rudiyanto.blog.kontan.co.id
Setelah membuat perencanaan seperti di atas, langkah selanjutnya adalah menerapkannya. Banyak orang yang gagal di tahapan ini karena tidak disiplin dan mudah tergoda. Untuk mengatasinya, kamu harus selalu ingat akan tujuan dan target puasa yang sudah dicanangkan sejak awal Ramadan.

Selain harus disiplin, kamu juga wajib pUnya strategi keuangan. Salah satu strategi keuangan yang kerap direkomendasikan para penasehat keuangan adalah formasi 10-20-30-40. Eitss, ini nggak ada kaitannya sama sepak bola ya. Strategi ini saya pelajari dari Rudiyanto, seorang ahli keuangan dan investasi.

Maksud dari formasi tersebut adalah persentase pembagian uang berdasarkan pos pengeluaran. Maksudnya begini, jika selama Ramadan kamu memperoleh total penghasilan Rp 16 juta (Rp 8 juta gaji dan Rp 8 juta THR) maka penghasilan tersebut harus dibagi-bagi ke dalam pos pengeluaran yang terdiri dari:

Infaq/Sedekah                                                                  : 10% atau Rp 1,8 juta

Menabung dan investasi                                             : 20% atau Rp 3,6 juta

Membayar cicilan utang                                              : 30% atau Rp 5,4 juta

Belanja konsumsi                                                             : 40% atau Rp 7,2 juta

Nah, setelah membaca artikel ini apakah kamu sudah punya gambaran untuk melakukan perbaikan keuangan? Kalau sudah, semoga Ramadan tahun ini kamu mampu meraih kemenangan lahir batin, termasuk dalam hal pengelolaan keuangan. Selamat mencoba!

BACA ARTIKEL SEPUTAR RAMADAN LAINNYA DI TAUTAN INI: SAMBER THR

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun