Mohon tunggu...
Suri Wahyuni
Suri Wahyuni Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik

Guru di SMP Negeri 1 HINAI, menyenangi kegiatan membaca dan menulis praktik-praktik baik semoga bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tidak Boleh Sedih

30 Juli 2022   14:40 Diperbarui: 30 Juli 2022   14:59 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Jawab dengan jujur ya nak. Jika kalian menemukan kendala atau hambatan di rumah untuk menjalani kesepakatan ini juga bisa dituliskan ya nak." Ucapku menjelaskan. 

Beberapa menit berlalu, "Anak ibu yang sudah selesai tulisan refleksi nya boleh di kumpulkan ke depan sini ya nak." Sambil menunjuk meja tempatku duduk. Terlihat Khadijah menghampiri ku. "Bu, jangan dibacakan ya Bu" pintanya kepada ku. "iya. Ini rahasia antara kamu dan ibu." Kemudian ku jelaskan ke anak-anak yang lain agar tidak ragu menuliskan refleksi nya. Karena akan menjadi rahasia antara aku dan mereka. 

Sempat kaget membaca refleksi anak-anak. Sedih melihat kondisi sebagian dari mereka. "Masa kecilku masih lebih beruntung di banding mereka", batin ku bergumam. "Khadijah", panggilku. "Ini beban mental apa maksudnya, sebelum berangkat ke sekolah ada beban mental dan seperti disembunyikan dari lingkungan sekolah dengan tetap ceria di depan teman-teman". 

"Ini Bu, saya kan sedih Bu. Mama suka sekali menyalahkan Khadijah, bilang Khadijah malas, Khadijah gak bisa buat apa-apa. Khadijah merasa gak berguna Bu". "Itu mungkin perasaan Khadijah aja? Jawabku mengajak nya untuk berfikir positif. "Tidak Bu, orang tua selalu tidak terima apa yang Khadijah buat. Semua nya salah sama mereka Bu". Perlahan mata Khadijah memerah dan air mata mulai menggenang. "Oh, Ya ibu paham". Kemudian ku persilahkan Khadijah duduk kembali. 

Ada lagi yang menuliskan " capek dipaksa kerja terus" ungkapan dari Aldi manakala ikut kerja di pabrik roti ikut membantu ibunya. Menyortir roti yang katanya di paksa oleh mandor di pabrik tersebut untuk menyelesaikan tugas yang banyak hingga membuatnya merasa kelelahan. Untuk gaji Rp.120.ooo. bagi Aldi sangat melelahkan dan ada beban tidak nyaman karena adanya paksaan dari mandor pabrik nya.

Ada lagi tulisan Nova yang menyimpan kerinduan atas mamanya. Karena setelah orang tua nya bercerai, Nova ikut ayah dan harus berperan menggantikan tugas ibunya merawat adik-adik nya dua orang yang masih kecil dan balita, berikut tulisannya "Mikirin mamak Bapak bercerai". "Mengapa tidak ikut mama aja?" Tanyaku. "Karena masih sekolah Bu, jadi kata orang tua ikut ayah aja"

"Capek, tidak ada yang memperhatikan di rumah", tulisan Ade menjelaskan kondisi orang tua nya yang bercerai menyebabkan Ade tidak lagi merasakan kasih sayang mama dan ayahnya sejak usia 18 bulan. Mama merantau di Malaysia dan ayah sudah nikah lagi. Ade di rawat oleh kakak nya yang sudah berumah tangga. Ade juga kerja menjaga beberapa ekor sapi.

Dari tulisan refleksi anak-anak ini, aku menyaksikan kekuatan dalam tubuh muda mereka. Aku bisa merasakan sukar dan tidak mudahnya langkah yang harus mereka jalankan setiap harinya. Perasaan tidak bahagia dan harus berjuang sekuat tenaga menjalani hari-hari tanpa bimbingan kedua orang tua atau kurangnya perhatian orang tua. 

Aku hanya bisa memberi dukungan, berupa penguatan atas rencana mereka mengatasi kendala juga tambahan saran apa yang sebaiknya mereka lakukan. 

Luar biasa, anak-anak hebat. Begitu muda nya tubuh mereka untuk di paksa memahami kehidupan tanpa ada bimbingan dan dukungan yang layak dari orang tua mereka. Bahkan ada yang sama sekali tidak ada kehadiran orang tua. 

Mudah-mudahan aku bisa membimbing mereka untuk tetap semangat ke sekolah. Aku merasa tertampar dan harus lebih semangat sebagai guru untuk bisa memberikan pembelajaran yang bermakna untuk mereka. Bukan hanya transfer ilmu tapi mengupayakan kompetensi yang bisa dilatihkan dan digunakan untuk hidup mereka menjadi lebih baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun