JIKA TIBA SAATNYA
( Untukmu Belahan Jiwaku Wahid Guntoro )
Sebagai manusia biasa terkadang ada kejenuhan didada. Perjalanan waktu, hari hari terlewati menjadi bulan, bulan terlewati menjadi tahun. Kesibukan, rutinitas dan pekerjaan begitu banyak menyita waktu dan konsentrasi. Ya... sebagai manusia biasa aku jenuh.
Dalam kejenuhan tak terpikirkan lagi keadaaan diri. Tak menyadari kalau usia semakin bertambah. Â Dewasa terlampaui dan tua yang menanti.
Sementara ... jauh diseberang sana ada dua hati suci yang selalu meminta kepada Allah tuk kebaikan anaknya. Sepasang hati orang tua yang tak pernah lepas dari doa.  Sepasang hati yang selalu mencari yang terbaik untuk kehidupan  buah hatinya.
Aku tak menyadari itu... ketika hari hariku habis bergulat dengan waktu. Pagi ke sore terasa begitu cepat berlalu. Malam ke pagi terasa bak angin lewat yang hanya terasa sesaat.Â
Kegilaan pada pekerjaan membuatku tak ada waktu luang untuk melepaskan masa lajang. Â Aku ingin berkarier hanya itu tujuanku saat itu
Tak terasa waktupun sudah tiga tahun kuabaikan. Keasyikan pada pekerjaanku membuat waktu berlalu. Tak terasa ya tak terasa bertambah juga umurka yang sudah mendekati kepala tiga. Â
Bagi keluargaku kepala tiga menjadi masalah besar. Apalagi keluargaku hidup dikota kecil yang  warganya sangat peduli antar sesama. Saking pedulinya mereka , mereka akan membicarakanku terus karena sudah berkepala tiga.
Jauh dihati kecil ibuku merintih, terus memohon pada sang pencipta agar jodohku didekatkan. Dalam doa dan nasihatnya yang selalu terngiang  tentang masa depan. Hidup tidak selamanya sendirian .
Hati kecilku selalu mengatakan bahwa rezeki, jodoh dan maut itu urusan Tuhan. Untuk apa dipaksakan kalau Tuhan sudah menginginkan, pasti dia akan mengirimkan satu pangeran. Kadang kepasrahan ini lah yang membuatku malas berusahan untuk mencari masa depan.