Di tengah keadaan ramai sistem pendidikan yang semakin kompleks, satu hal yang seringkali terlupakan adalah esensi dari belajar itu sendiri. Sekolah bukan tempat yang mampu mengajarkan segalanya. Sekolah tidak bisa menjawab semua persoalan hidup, tidak bisa menanamkan semua nilai, bahkan tak selalu bisa membentuk kepribadian yang utuh. Namun, sekolah punya kekuatan besar untuk membuka jalan-jalan menuju pengetahuan, kesadaran, dan arah hidup.
Kita sering salah menilai sekolah dari hasil ujian dan nilai rapor. Padahal, yang terpenting bukanlah berapa banyak hafalan yang dikuasai siswa, tetapi seberapa dalam mereka mengenali potensi dan mimpi mereka sendiri. Di sinilah peran sekolah menjadi sangat penting bukan sebagai tempat menjejalkan ilmu, tapi sebagai ruang untuk membangun rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir mandiri.
Seorang guru tidak harus tahu semua jawaban. Tapi ia bisa menjadi orang yang menyalakan cahaya di kepala dan hati muridnya. Sebuah kutipan bijak mengatakan, "Guru yang baik bukan yang memberi jawaban, tapi yang mengajarkan bagaimana cara menemukan jawaban." Sekolah yang baik bukan yang punya gedung megah atau kurikulum canggih, melainkan yang mampu membuat anak-anaknya jatuh cinta pada proses belajar.
Sayangnya, kita masih terjebak pada orientasi angka dan peringkat. Anak-anak yang tidak unggul dalam matematika atau sains sering kali dianggap gagal, padahal mereka mungkin berbakat dalam seni, olahraga, atau empati sosial. Sekolah harus menjadi tempat yang mengakui berbagai jenis kecerdasan, bukan hanya satu jenis kepintaran.
Di luar tembok sekolah, hidup menanti dengan tantangannya. Sekolah memang tidak bisa mengajarkan semuanya bagaimana menghadapi kehilangan, cara menyikapi konflik, atau bagaimana menjadi manusia yang utuh. Tapi jika ia mampu membekali murid dengan keberanian untuk berpikir, bertanya, dan mencoba, maka ia telah melakukan sesuatu yang luar biasa.
Kesimpulan:
Sekolah bukanlah akhir dari pendidikan, melainkan awal dari perjalanan panjang untuk mengenali diri dan dunia. Ia tak harus sempurna, tapi harus jujur pada tujuannya: bukan hanya mencetak murid pintar, tetapi membentuk manusia merdeka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI