Jam delapan kurang telah sampai di Nglipar, di rumah Adikku Ummu Hanif. Sesaat selonjor di rumahnya. Bercengkerama dengan keluarganya. Lalu ke Masjid Al-Jannah dimana para jama'ah telah menanti. Termasuk para warga setempat yang mudik dari rantau di Jakarta dan sejumlah kota besar.
Alhamdulillah, pengajian hikmah syawwalan dengan materi Fadhilah dan Kayfiyah Jabat Tangan Agar Bernilai Ibadah Ritual dan Sosial berjalan ceria penuh canda sarat makna, satu jam bahkan tiada terasa. Jam sepuluh baru bisa turun ke Yogya. Arus jalan masih tetap padat merayap.
Sampai di Piyungan ditelfon anak lanang, bungsu kami nomor 5. Dia minta dibelikan martabak. Sebuah riquest mudah dan murah untuk dipenuhi. Namun tidak untuk malam ini. Disamping karena sudah mulai larut, pun para pedangang martabak masih banyak yang mudik dan belum kembali. Maka perjalanan pun berlanjut menyusuri malam di seputar Yogya. Demi anak lanang. Meski di sana sini tak dijumpai. Hingga akhirnya sampai juga di Jl. Wates. Alhamdulillah, Â ada satu yang buka. Segera pesan martabak dan terang bulan. Khusus yang kedua ini adalah kesukaan mbakyu-mbakyunya, terlebih si sulung.
Subhanallah, betapa bahagia melepas lelah sembari menatapi anak-anak kami berkumpul menyantap panganan sederhana, murah dan (meski kali ini tidak) mudah didapat. Ternyata surga itu ada di sini. Di rumah. Baiti Jannati, rumahku adalah surgaku.
(Surahmat An-Nashih)
[caption id="attachment_350207" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi : dok. surahmatannashih"]