Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyerap Sari Pati Kehidupan di Kala Sendiri

10 Juni 2021   07:36 Diperbarui: 10 Juni 2021   08:00 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Di pantai Fanda, desa Hu'u, Dompu-NTB, 

ADA saat di mana kita harus memilih menyendiri. Menepi dari kehidupan yang kadang melelahkan. Membosankan. Bahkan kita lupa untuk menengok kembali jejak yang pernah berlalu. Kadang kita lupa kaki sudah sejauh mana melangkah dalam menapaki kehidupan yang fana ini.

Memilih menyendiri bukan berarti kita mundur, lalu mengalah pada keadaan. Tetapi bisa kembali meresapi semua yang pernah dilewati. Menakar sejauh mana kehidupan ini dinikmati tanpa embel materi. Menyelami setiap inci kisah yang pernah disinggahi. Lalu menarik benang merah sebagai asupan untuk kembali berpacu dengan waktu.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Kali ini saya menyambangi dan menikmati panorama pantai Fanda sebelum dusun Nanga Doro, Desa Hu'u, Dompu-NTB. Saat berpijak di atas pasir putih, saya merasakan ada kedamaian. Seolah menyatu dengan semesta. Mencoba menutup mata sembari merasakan semilirnya angin laut yang menerpa. Suara deburan ombak yang beradu dengan karang seolah menyatu desiran dedaunan tersapu angin.

Ada banyak yang datang bersama saya di pantai ini. Tapi saya memilih menyendiri dalam beberapa saat. Menjauh sejenak, lalu mencari makna di setiap langkah yang dipacu. Di bibir pantai saya termenung, membuka kembali lembaran kisah yang pernah tersaji sebelum berlalu karena keangkuhan waktu.

Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Bekas pijakan kaki di pasir memberikan pelajaran yang berharga bagi kehidupan. Ia pasti hilang karena di sapu air laut. Begitulah kehidupan. Yang ada sebenarnya tidak benar-benar ada. Hanya fatamorgana. Yang disebut ada hanyalah pengakuan sesaat dalam ucapan dan dinikmati dalam rentang waktu yang terbatas, lalu hilang dan tenggelam bersama gulungan waktu yang terus berganti.

Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Alam menjadi perpustakaan besar yang menjadi referensi dalam menuntun hari. Temaram senja mendamai kala menyapu laut yang tak bertepi. Saya masih di sini. Berpijak di atas pasir yang tak bisa terhitung. Karena di situlah tersimpan maha kuasanya ilahi yang kadang tak pernah bisa disadari setiap insan. 

Saya menyadari bukanlah siapa-siapa di bumi yang maha luas ini. Saya hanyalah anak manusia yang terus menjadi pembelajar. Manusia yang banyak berbuat khilaf dan ingin berubah ke arah yang lebih baik.

Saya telah melewati ribuan kisah. Pahit adalah kata yang menggambarkan sebagian besar kisah-kisah itu. Kini saya menyelaminya kembali. Ada banyak mutiara dalam setiap kisah yang pernah di lalui. Ia akan menjadi kekuatan jika di pandang dengan cara yang bijak. Dan bisa melemahkan jika menghabiskan waktu untuk meratapinya.

Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Semua kisah membawa pelajarannya masing-masing, sepahit apa pun itu. Karena mungkin tidak di inginkan, tapi  bisa jadi karena itu membuat hidup lebih berarti seperti saat ini. Tak perlu menyesalinya, karena sesuatu yang berlalu hanya bisa dikenang tanpa pernah bisa mengubahnya sesuai selera kita saat ini.

Dokpri. Suradin/Raden't
Dokpri. Suradin/Raden't
Belajar memaknai dan mensyukuri adalah sedikit kunci hidup yang bisa dipraktekkan. Karena dengan begitu hidup bisa dirasakan bahagianya. Nikmati saja, bukankah semua akan indah pada waktunya. Tugas kita hanyalah berusaha dan terus mencoba. Mencoba untuk terus menjadi lebih baik dengan terus belajar pada setiap salah dan khilaf pada masa lalu.


Sepakat? Jika ia, mari kita bersulam untuk mengisi kehidupan ini agar lebih berarti lagi, saat ini dan di masa mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun