Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liputan Terakhir Turnamen Bola Mini dan Bola Dangdut Daha Cup II

12 Juli 2020   19:38 Diperbarui: 12 Juli 2020   19:28 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Bersama Yunus Ketua Panitia Turnamen Daha Cup II, 

HARI Sabtu sore, 11 Juli 2020 adalah kesempatan terakhir saya meliput turnamen bola mini dan bola dangdut Daha Cup II 2020. Sejak turnamen ini berjalan 1 minggu yang lalu, alhamdulillah saya berkesempatan menyapa, menyaksikan, dan juga meliput jalannya pertandingan. Tapi yang tidak kalah seru, adalah bagaimana eforia masyarakat desa Daha menyaksikan pertandingan demi pertandingan.

Hal pertama yang ingin saya sampaikan, adalah ucapan terimakasih kepada Pak Fadlin Kades Daha bersama istrinya Halimah Fadlin yang selalu hadir memberikan suport kepada kepanitiaan, terlebih kepada tim yang bertanding. Terimakasih juga saya alamatkan kepada Karang Taruna Desa Daha dan Kepanitiaan yang telah memberikan  kesempatan kepada saya untuk mengambil gambar pada saat pertandingan berlangsung.

Dokpri. Fadlin, Kades Daha bersama warganya
Dokpri. Fadlin, Kades Daha bersama warganya
Dokpri. Membaur dengan warganya
Dokpri. Membaur dengan warganya
Dalam pantauan saya, sepak bola telah menjadi pengerat, penguat dan bahkan wadah bagi masyarakat desa Daha untuk menyapa satu sama lain. Bahkan  turnamen ini merupakan hiburan, yang tidak hanya diperuntukkan untuk masyarakat desa Daha saja, tetapi masyarakat desa tetangga pun ikut menyaksikan dan menikmati di setiap pertandingannya.

Tua, muda dan bahkan anak-anak berbondong-bondong datang dan menyaksikan pertandingan. Walaupun jalan menuju lapangan  masih berdebu dan berbatu, begitu juga dengan lapangan yang berjarak dengan kampung. Namun tidak menghentikan masyarakat desa Daha untuk datang memberikan dukungan kepada tim yang berlaga. Jika timnya yang bertanding, maka dukungan sepanjang pertandingan terus disuarakan, digaungkan di pinggir lapangan.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Secara pribadi, saya salut kepada kepanitiaan yang telah mampu menyelenggarakan turnamen seperti ini. Walaupun skala desa, namun bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, butuh kekompakan kepanitiaan, komunikasi semua elemen agar kegiatan dapat berlangsung sesuai harapan. Dan kepanitiaan turnamen ini, sudah menunjukkan kerja sama yang baik sehingga seluruh pertandingan mampu terlaksana dengan cukup menggembirakan.


Sebagai orang luar, saya memandang kegiatan semacam ini, perlu menjadi kegiatan rutinitas setiap tahunnya. Selain menjadi hiburan bagi masyarakat, tetapi juga langkah konkret mengidentifikasi bibit sepak bola di desa Daha, yang nantinya bisa diorbitkan untuk turnamen yang lebih besar.

Selama meliput, saya ikut menikmati jalannya setiap pertandingan, baik bola mini terlebih bola dangdut, yang mana lebih seru, karena semua pemain bisa berhenti sejenak untuk berjoget ketika musik dibunyikan. Saya sebagai penonton sangat terhibur, bahkan  beberapa momen saya tidak kuat menahan tawa karena tingkah kocak beberapa pemain.

Bahkan ada pula pemain yang sudah berumur yang sengaja di mainkan oleh suatu kesebelasan. Jangankan lari seperti pemain lain, menendang bola saja nampaknya keliatan kikuk. Namun, hal itulah menambah keseruan serta kehebohan pertandingan.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dalam pandangan saya, masyarakat desa Daha adalah masyarakat yang cinta bola. Mereka ekspresikan kecintaan itu dengan memadati pagar pembatas lapangan, mereka berteriak, memberikan dukungan, bahkan  kadang merasa kesal, baik kepada pemain kala menendang bola yang tidak tepat arah. Bahkan kemarahannya muncul ketika keputusan wasit tak sesuai harapannya. Namun, mereka kembali tertawa ketika menyaksikan para pemain berjoget di tengah lapangan kala musik dibunyikan. Semua bercampur dalam eforia bersama, larut dalam kegembiraan.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dan yang tak kalah seru adalah, ketika terciptanya gol. Sebagian penonton tumpah ruah di tengah lapangan, ada yang lari memberikan lembaran uang kepada pencentak gol, dan ada pula yang mengekspresikannya dengan mengangkat pemain yang berhasil merobek jala lawan. Kadang momen seperti ini, panitia kelabakan menghalau para penonton yang lari masuk di kedalam lapangan. Bahkan di hari kedua turnamen ini dilangsungkan, pagar lapangan di bagian  barat hingga roboh ke tanah. Luar biasa penontonnya.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Sayang, saya tidak bisa meliput pertandingan sampai penentuan juara. Dan saya tidak bisa membayangkan, kalau partai final dilansungkan, saya pun tidak bisa bayangkan pagar pembatas lapangan akan roboh kembali. Dan saya hanya bisa meyakini  bahwa pertandingan di partai puncak akan berjalan seru, heboh dan pasti sarat dengan gengsi antar dusun. Di sini. Di tanah perantauan, saya hanya bisa menunggu dan membuka jendela media sosial untuk mengetahui kabar terkini turnamen bola mini dan bola dangdut di kampung yang nan jauh di sana.


Sekali lagi, terimakasih untuk semua atas kebaikannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun