Pendahuluan
Dalam era digital yang semakin mendominasi kehidupan manusia, batas antara kenyataan dan ilusi menjadi semakin kabur. Kita terhubung dengan dunia yang luas hanya melalui layer kecil yang ada di tangan, membangun identitas diri lewat unggahan dan mencari pengakuan melalui deretan like serta komentar. Namun dibalik semua itu, muncul suatu pertanyaan mendalam Â; apakah kabahagiaan yang kita kejar di dunia maya adalah kebahagiaan yang sejati? Atau hanya sekadar ilusi saja?
Fenomena ini tak ubahnya dengan gambaran dari Mugen Tsukuyomi, Teknik genjutsu[1] dalam anime Naruto, namun yang menciptakan dunia ilusi sempurna, di mana setiap orang hidup dalam mimpi sempurna dan terindah versi mereka sendiri. Madara Uchiha, tokoh yang melancarkan Teknik ini, percaya bahwa dunia nyata terlalu penuh dengan penderitaan dan konflik, sehingga satu-satunya jalan menuju perdamaian adalah dengan menghapus realitas itu sendiri. Dunia dalam Mugen Tsukuyomi adalah dunia yang damai, tanpa luka, tanpa pilihan dan tanpa kesadaran, hanya kebahagiaan instan dalam mimpi abadi.
Â
Ilusi yang ditawarkan oleh Mugen Tsukuyomi terasa semakin relevan pada hari ini. Dalam kehidupan modern, kita semakin sering memilih kenyamanan ilusi ketimbang keberanian untuk menghadapi kenyataan. Dunia maya menjadi tempat perlindungan dari kegagalan, kesepian, luka dan rasa tidak cukup. Kita membuat dunia ideal yang kita inginkan, namun pelan-pelan kehilangan kesadaran, kebebasan, bahkan jati diri yang sejati.
Â
Mugen Tsukuyomi — Ilusi Bahagia yang Mengikat
Â
Dalam dunia Naruto, Mugen Tsukuyomi bukan sekadar Teknik genjutsu biasa. Ia adalah puncak dari semua ilusi, ia adalah sebuah proyek global untuk mengubah realitas menjadi mimpi. Melalui pantulan cahaya bulan dari Rinne Sharingan[2], Teknik ini menyelimuti seluruh umat manusia dan menjebak mereka dalam kehidupan ideal versi mereka masing-masing. Dalam mimpi itu, tidak ada perang, tidak ada kehilangan, tidak ada penderitaan. Semua orang merasa Bahagia, damai, dan utuh; walau hanya dalam kepala mereka sendiri.
Â