Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyayangi Ibu Tidak Harus Selalu Berada di Sampingnya

20 September 2025   20:05 Diperbarui: 20 September 2025   20:05 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menemani ibu saat acara CFD di Jalan Pemuda Kabupaten Klaten (dokpri)

Mungkin ibu tidak ingin selalu dipantau aktivitasnya. Gerak-gerik ibu memang masih wajar tetapi sering membuat anak-anaknya khawatir. Betapa tidak, ibu masih sering ingin mengurusi pakaian di tali jemuran.

Untuk urusan mencuci, ibu memang sudah tidak sanggup mencuci pakaian pribadi. Namun, untuk urusan jemuran, ibu sangat peduli. Pakaian yang dijemur pada tali jemuran selalu dipantaunya.

Dalam satu hari mungkin dua atau tiga kali ibu membolak-balik pakaian yang dijemur. Beliau berharap dengan membolak-balik atau memindahkan posisi pakaian yang dijemur, proses pengeringan akan berjalan lebih cepat. 

Saya sering menegur ibu karena untuk menuju tempat pakaian dijemur, ibu harus naik dan turun tangga rumah. Hal itu yang membuat kami khawatir. Bagaimana kalau sampai tergelincur pada saat naik dan turun anak tangga? Memang anak tangga tidak tinggi dan ibu selalu berpegangan pintu dan dinding saat naik atau turun tangga.

Berhubung ditegur tidak mempan, kami yang melihat aktivitas ibu hanya dapat melihat dan memperhatikan gerak-geriknya. Namun, ketika sudah terlalu sering naik dan turun tangga, saya sering mencegahnya dengan mengatakan bahwa pakaian yang dijemur sudah kering dan sudah diangkat semua!  Barulah ibu berhenti, tidak berjalan keluar rumah.

Perlu Sabar dan Teliti

Menemani ibu di rumah perlu memiliki kesabaran yang cukup tinggi. Ibu sudah memiliki jadwal aktivitas sejak bangun tidur hingga tidur lagi. Ada jam dinding yang dapat berbunyi dengan menyebutkan bilangan waktu sesuai yang tertera pada jam dinding. Pada saat pukul tujuh pagi, ada bunyi sebanyak tujuh kali. Nah, pada saat itulah waktu ibu untuk mandi pagi (kadang sebelum pukul tujuh ibu sudah ingin mandi).

Repotnya untuk persiapan mandi pada sore hari. Pada saat jam dinding bunyi tiga kali (pukul 15.00), air untuk mandi sudah harus direbus. Kami anak-anaknya yang menemani ibu sering kelupaan karena sedang istirahat atau keperluan lain. Saat itulah ibu sering turun tangan sendiri dengan menyalakan kompor gas.

Kalau saya kebetulan melihat, cepat-cepat saya ambil alih. Jika saya tidak melihat, ya kompor sudah menyala. Rasa bersalah pun muncul.

Setelah air mendidih, cepat-cepat kami memindahkan ke bak mandi yang sudah disiapkan sendiri oleh ibu. Untuk menyiapkan bak mandi (semacam ember besar) ibu memang masih bisa. Bak yang semula tertelungkup, beliau balik. Kemudian, kran dibuka. Ada pipa atau selang pendek yang dapat disalurkan ke dalam bak mandi.

Tentu saja untuk mandi perlu campuran air dingin dan air mendidih. Perbandingannya biar ibu yang mengatur. Bak cukup lebar sedangkan air mendidih hanya sepersekiannya saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun