Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Warung Soto "DPR"

15 November 2022   01:51 Diperbarui: 15 November 2022   02:01 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warung Soto DPR

Agenda rutin setiap hari Senin pagi adalah apel di halaman kantor disdikpora. Pada tanggal empat belas November 2022 para pengawas dan penilik sekolah mengikuti apel dengan wajah ceria. Pak Daman, sekretaris disdikpora yang memimpin apel.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Udara cukup hangat. Sinar surya kuat memancar. Peserta yang satu deret dengan sekretaris ada yang mencoba mencari tempat yang agak terlindung dari sengatan sinar surya. Hari masih pagi tetapi sengatan sinar matahari benar-benar sudah terasa. Ada peserta yang berlindung di balik pilar. Ada pula yang berlindung di belakang rekannya yang agak tinggi.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Ada beberapa peserta apel yang datang agak terlambat. Hal itu pasti bukan kesengajaan. Jalanan yang mulai padat menjadi salah satu penyebab. Sejak diberlakukan "pinjer" (fingerprint), banyak pegawai yang "ngebut" naik kendaraan. Mereka khawatir terlambat untuk melakukan "pinjer". 

Hal itu tentu membahayakan pengendara lain. Pegawai yang sudah "sepuh" tentu akan mengalah dengan memberikan kesempatan kepada pengendara lain yang "ngebut" di jalan raya tersebut.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Usai apel para pengawas dan penilik sekolah melakukan koordinasi untuk aktivitas selanjutnya. Ada yang berkoordinasi di dalam ruang, seperti yang dilakukan oleh Pak Agus dan Pak Arsyad. Keduanya adalah penilik sekolah yang harus memantau lembaga jenjang PAUD DIKMAS.


Dok Pribadi
Dok Pribadi
Tiga pengawas jenjang SMP memilih duduk-duduk di bangku depan Ruang Pengawas 1 bersama satu pengawas jenjang SD. Pak Mokhamad Syafii mengajak saya, Suprihadi, untuk berkunjung ke SMP 21 PPU. Lokasi sekolah tidak jauh dari kantor disdikpora. Saya pun menyanggupi. Namun, sebelumnya saya melongok aktivitas di dalam Ruang Pengawas 1.

Aktivitas ibu-ibu pengawas yang sempat saya rekam. Dari sekian aktivitas, saya menyaksikan dua ibu pengawas sedang sibuk dengan urusan masing-masing.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Bu Suwarni sebagai pengelola dana kebersamaan sedang menerima uang dari korwas, Pak Sugeng Mardisantoso. Setiap ada dana yang "cair" biasanya ada pengumpulan dana kebersamaan. 

Hal itu sudah berlangsung sejak saya diangkat menjadi pengawas pada tahun 2017. Pemanfaatan dana kebersamaan diatur oleh ibu-ibu pengawas. Tentu masukan atau usul dari bapak-bapak pengawas akan dipertimbangkan.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Di sela-sela melakukan aktivitas, selalu ada kudapan atau camilan di atas meja. Pada hari Senin tanggal empat belas November 2022 itu ada buah rambutan yang dibawa oleh Hj. Sri Kamariah. Cukup banyak buah yang dibawa ke kantor itu. Bu Hj. S. Khasanah menikmati buah rambutan dengan cara yang tidak biasa saya lihat, yaitu mengupas buah rambutan dengan pisau. Buah yang berwarna putih itu ia potong memakai pisau. Bukan langsung digigit.

Kue atau jajanan lain juga ada di meja. Saya lihat ada kue donat. Ada pula jipang (jajanan dibuat dari ketan dan gula). Saya sempat mencicipi satu kue donat tanpa toping. Selain itu, saya juga sempat memakan satu buah rambutan yang warna kulitnya cukup menggoda, merah tua.

Beberapa saat kemudian, saya meninggalkan disdikpora bersama Pak Mokhamad Syafii dan Pak Habel Hewi. Kami mengendarai sepeda motor masing-masing. Sebagai pengawas sekolah, kami sering melakukan kegiatan bersama. 

Untuk mengunjungi satu sekolah pernah berdua, bertiga, berempat, berlima, bahkan pernah bersembilan. Hal itu disesuaikan dengan agenda kunjungan. Saat kunjungan untuk supervisi kelas, kami pernah bersembilan ke suatu sekolah yang jumlah gurunya lebih dua puluh lima orang.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Keberangkatan kami ke SMP 21 PPU untuk silaturahim biasa. Tidak ada tujuan khusus seperti supervisi atau monev (monitoring dan evaluasi). Setelah memarkir kendaraan di dekat pintu gerbang sekolah, saya sempat menemukan sebuah informasi berisi peringatan.

Peringatan itu berisi imbauan agar tidak berjualan di area sekolah, kegiatan promosi, dan permintaan sumbangan.

Pak Edy Prayitno, kepsek SMP 21 PPU berada di ruang Tata Usaha saat kami datang. Di sanalah kami bersilaturahim. Pak Mokhamad Syafii tidak sabar untuk mengabadikan perjumpaan dengan kepsek yang pertengahan tahun 2023 akan memasuki masa purnatugas itu.

Perbincangan kami dengan topik yang berubah-ubah sesuai apa yang kami ingat. Kadang membicarakan urusan sekolah, kadang membahas urusan yang tidak ada hubungan dengan sekolah. Hal itu sebagai pertanda bahwa kami sebagai pengawas tidak melulu mengurusi urusan sekolah. Ada hal-hal lain yang tidak ada hungan dengan sekolah tetapi masih bisa dikait-kaitkan.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Sambil berbincang kami menikmati minuman air mineral dan roti kering (kaleng). Pak Habel Hewi yang duduk di samping saya agak sulit saya ambil gambarnya. Untuk itu, kami meminta tolong kepada staf di ruang TU tersebut untuk memotret kami berempat.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Kami bertiga segera minta diri, berpamitan, setelah ada informasi bahwa teman-teman pengawas dan penilik sekolah sedang ada acara makan-makan di warung soto DPR (Di bawah Pohon Rindang) yang berlokasi tidak jauh dari kantor kemenag kabupaten.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Pak Anas Baenana yang menginformasikan hal itu. Ia mengirimkan gambar/foto mangkok berisi soto. Ada pula dikirim foto wajah Pak Tri Wahjoedi, pengawas sekolah dari wilayah Kecamatan Babulu. Saya merasa salut dengan Pak Tri Wahjoedi. Pada pagi hari ia kirimkan foto sedang berada di SMP 11 PPU (Labangka). Agak siang sedikit sudah berada di Penajam (warung soto DPR).

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Saat saya tiba di warung soto DPR, sebagian rekan pengawas sudah menghabiskan satu mangkok soto. Sementara itu, sebagian yang lain masih asyik menikmati hidangannya. Saya pun segera memesan dengan menu khusus. Mangkok soto dan mangkok nasi dipisahkan. Artinya, nasi tidak langsung dicampur dengan soto-nya.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Pada meja dekat gerobak soto ada dua staf ruang pengawas, yaitu mbak Dwi dan mbak Vivi yang duduk berdampingan. Di seberang meja mereka duduk seorang pengawas TK, Bu Any. Pengawas TK yang satu, Bu Tuti tidak ikut. Dia sedang mendampingi kepsek TK binaannya yang sedang menerima kunjungan dari fasilitator Sekolah Penggerak. Pak Mukafik sebagai fasilitator, pagi hari Senin itu,  habis melakukukan "pinjer" segera meluncur menuju TK di wilayah Kelurahan Lawe-Lawe itu.

Pada meja di sebelahnya, ada Pak Tri Wahjoedi yang duduk berdampingan dengan Pak Agus. Pada sisi yang lain duduk Pak Mapijaling dan Pak Anas Baenana yang menutupi wajahnya dengan gawai.

Pada meja lain, ada Pak Sukma Widjaya, Pak Imam Mudin, dan Hj. Sri Kamariah. Ketiganya masih asyik menikmati soto dari mangkok masing-masing. Saya pun segera duduk di samping Hj. Sri Kamariah yang masih kosong.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Soto pesanan saya pun diantarkan pramusaji yang memakai seragam kaos merah bata. Saya perhatikan ada tiga karyawan warung soto itu yang memakai kaos merah bata. Pak Lik yang biasa menyajikan atau meracik soto tidak tampak. Saya tidak sempat menanyakan keberadaan Pak Lik soto itu.

"Kenapa nasinya dipisah?"

Pak Imam Mudin yang duduk di depan saya bertanya.

"Saya makan nasi sedikit. Khawatir tidak habis kalau nasi dicampur dalam mangkok soto, makanya nasi saya minta dipisahkan."

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Ketika saya sedang memotret soto pesanan yang sudah disajikan di atas meja, rupanya ada orang yang memotret kejadian itu. Foto hasil jepretannya dibagikan (di-share) di WAG Pengawas SMP. Di bawah foto yang dibagikan itu ada kalimat pertanyaan.

"Pak Syafii di mana?"

Saat meninggalkan SMP 21 PPU, saya kira Pak Mokhamad Syafii dan Pak Habel mengikuti saya menuju warung soto DPR. Rupanya tidak. Entah ke mana mereka melanjutkan perjalanan.

Tidak ada jawaban dari Pak Mokhamad Syafii maupun dari Pak Habel. Keduanya sudah sibuk dengan aktivitas selanjutnya, tanpa sempat membuka gawai, barangkali.

Di warung soto DPR itu kami berbincang ringan terkait persiapan program kerja tahun 2023. Ada bimtek yang harus kami ikuti. Ada pula rencana studi tiru (dulu istilahnya: studi banding/studi komparatif) ke luar daerah. Perbincangan cukup menarik karena kegiaan itu akan melibatkan banyak orang (semua pengawas dan penilik) serta staf ruang pengawas. Usulan pun muncul dan dibicarakan plus dan minusnya.

Pembicaraan itu tidak membuahkan kesimpulan, baru sekadar omong-omong yang masih harus ditindaklanjuti dalam forum resmi MKPS (Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah).

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Ketika semua yang ada di warung selesai menikmati soto dan minuman masing-masing, Pak Tri Wahjoedi segera mendekati pramusaji yang merangkap sebagai kasir warung soto DPR itu. Rupanya Pak Tri Wahjoedi sebagai "bos" dalam acara makan-makan siang itu. Sebelumnya saya tidak tahu kalau acara makan-makan itu akan dibayari semua oleh pengawas sekolah suami Bu Ning Yanti, guru bahasa Indonesia SMP 8 PPU itu.

"Terima kasih, Pak Tri!" ucap para pengawas setelah selesai transaksi.

Penajam Paser Utara, 15 November 2022

*Tantangan Omjay Menulis di Blog

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun