Mohon tunggu...
Supri Antho
Supri Antho Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manajemen Sumber Daya Manusia: Study kasus

20 Juni 2017   15:47 Diperbarui: 20 Juni 2017   15:59 5612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Meningkatkan kinerja Sumber Daya Manusia memerlukan pengelolaan yang sistematis dan terarah, agar proses pencapaian tujuan organisasi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ini berarti bahwa manajemen Sumber Daya Manusia merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan perusahaan, besar atau kecil, apapun jenis industrinya (Schuller and Jackson, 1997:32).

Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan Sumber Daya Manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan. Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang cukup potensial dan sangat menentukan dalam suatu organisasi, dan perlu terus dikembangkan sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi maupun bagi pengembangan dirinya.

Persoalan manajemen memang tidak secara eksplisit dijelaskan dalam Al qur’an namun secara implisit, sesungguhnya islam menganggap sangat penting hal tersebut. Dari sirah nabiwiyah kita bisa menyimpulkan bahwa manajemen yang dibuat oleh Rosululloh SAW itu memang luarbiasa. Terbukti dari pencapaiannya dalam menyebarkan islam ke seluruh penjuru bumi. Terlepas dari campur tangan dari Alloh SWT, sebenarnya nabi SAW pun diaugerahi kecerdasan yang luarbiasa dalam perkara manajemen sumber daya manusia.

Sebut saja pada peristiwa perang “khondak” atau “perang parit”, secara matematis posisi umat muslim saat itu berada dalam posisi tertekan dan secara logis pasukan musuh akan dengan mudah mengalahkan tentara islam, hal itu mengingat jumlah pasukan keduanya tidaklah seimbang. Tetapi berkat manajemen yang baik hal itu justru yang terjadi sebaliknya, tentara muslim berhasil mengalahkan kaum kafir yang jumlahnya berkali lipat.

Manajemen sumber daya manusia yang dilakukan rasul pun terlihat selepas beliau wafat. Islam saat itu tidak lantas terlalu berlarut kehilangan sosok pemimpin selepas Nabi SAW wafat karena Rasul sudah menyiapkan kader calon pemimpin yang tidak kalah tangguh, yakni para sahabatnya. Sebut saja 4 khulafaur rasyidin, yaitu: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan dan Ali Bin abi Thalib. Mereka dan sahabat-sahabat lainnya telah disiapkan jauh-jauh hari untuk memimpin umat selepas beliau wafat. Artinya, Rasul sudah melakukan perencanaan yang hebat dalam menghadapi persoalan transisi kepemimpinan. Ada kaderisasi dan proses upgrading yang dilakukan oleh beliau sehingga tidak ada kesenjangan terlampau jauh selepas beliau tidak memimpin dakwah umat.

Manajemen Sumber Daya Manusia di SD Muhammadiyah 01 Mantingan

Penulis mengambil penelitian di tempat ini karena memang sehari-hari mengabdikan diri di tempat tersebut sehingga informasi yang diperoleh bisa lengkap dan sumbernya dapat dipertanggungjawabkan.

Di sekolah tersebut dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang sudah cukup tua karena beliau memang sudah pensiunan pegawai negeri beberapa tahun yang lalu. Sebelumnya sekolah ini dipimpin oleh seorang pegawai negeri yang memiliki jabatan kepala di sekolah lain yang sederajat hanya saja sekolah tersebut berstatus sekolah negeri.

Pada kesempatan Penulis akan mencoba menganalisa manajemen sumber daya manusia yang dilakukan oleh kedua kepala sekolah tersebut. Mulai dari dampak positif hingga negatifnya, tentu dilihat dari sudut pandang teori manajemen Sumber Daya Manusia.

Pertama,kepala sekolah yang sebelumnya yakni seorang pegawai negeri yang memiliki rangkap jabatan. Beliau secara intelektual memang mumpuni, hal itu karena memang beliau sudah aktif di dunia pendidikan puluhan tahun bahkan sebelum penulis lahir. Ide-ide yang dicanangkan amat progresif, namun karena beliau bestatus rangkap jabatan maka ide itu hanya berakhir dalam diskursus semata atau dengan kata lain minim aktualisasi. Bahkan kehadirannya pun bisa dihitung dengan jari sebelah tangan saja selama satu bulan. 

Dan yang terjadi adalah manajemen sekolah menjadi tidak maksimal karena hanya dipasrahkan begitu saja tanpa ada bimbingan atau evaluasi dari manajer dalam hal ini kepala sekolah dan yang terjadi adalah guru bekerja seolah tidak memiliki target dan tujuan yang jelas sehingga murid-murid pun mengalami hambatan dalam belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun