Bahwasanya generasi awal yang migrasi ke kota baik di pulau Jawa maupun di tempat lain di pulau Sumatera adalah konsekuensi dari sekolah itu memang benar.
Mereka yang sekolah sampai ke perguruan tinggi semuanya merantau ke kota karena memang mereka tak bisa tinggal di Lubuk Langkap. Mereka bekerja di kantor pemerintahan seperti jadi guru, jadi ASN di pemerintah dan sebagainya. Dan ini semua adalah sebagai keniscayaan.
Bahwa ada juga yang merantau merintis usaha di kota lain walau mereka hanya tamat SMA atau sederajat juga tidak salah. Baik usaha di koperasi, di kebun, di peternakan itu semua adalah usaha untuk mengubah nasib supaya berkehidupan lebih baik. Dan ini juga bagus.
Jangan lupakan Asal
Walau bagaimanapun kita hidup di kota dan mati juga di kota tentu tidak ingin melupakan asal kehidupan dan tanah kita dilahirkan. Ini perlu disampaikan kepada anak cucu kita bahwa dusun tempat lahirnya atuk, ayah kalian adalah Lubuk Langkap yang kini menjadi tempat wisata yang banyak digemari warga luar Lubuk Langkap.
Yakinlah bahwa setelah kita tiada anak cucu kita akan diberi kesempatan untuk mengunjungi Lubuk Langkap  melalui publikasi di internet, melalui nasehat dan pengingat kepada mereka.
Saat ini penulis sudah ada 14 anggota keluarga yang berada di Palembang dan Selangor Malaysia. Dari keluarga ayah saya sudah 60an  orang lebih anggota yang merupakan keturunan Lubuk Langkap yang sudah menyebar di seantero Indonesia dan LN.
Semoga Lubuk Langkap abadi
Dengan telah dibangunnya situs tempat beribadah yakni Masjid Muhammadiyah dan mushollah Lubuk Langkap Darussalam oleh warga perantau asal Lubuk Langkap maka diyakini bahwa kecintaan dan jejak warga Lubuk Langkap tetap abadi hingga di surganya Allah swt.
Jayalah kita semua.