Mohon tunggu...
Supiyandi
Supiyandi Mohon Tunggu... Freelancer - IG: @supiyandi771

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kepentingan Korporasi di Balik Kebakaran Hutan dan Lahan

16 September 2019   21:20 Diperbarui: 16 September 2019   21:23 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebakaran hutan di Oklahoma. Sumber: merdeka.com

Oleh: Supiyandi

Menteri Luar Negeri BEM KM Unsri 2019

Twetter: @supiiyandi15 

Instagram: supiyandi771

Email: supiyandi771.1@gmail.com

Beberapa hari terakhir, kota Palembang dan sekitar termasuk sebagian wilayah Sumatera Selatan resah dengan kehadiran asap akibat dari kebakaran hutan dan lahan. Kualitas udara sangat rendah dan psaokan oksigen menipis karena asap. Fenomena ini menjadi tranding topik di media lokal dan nasional. Di Palemang aktivitas belajar-mengajar disekolah dan perguruan tinggi terganggu. Selain itu, juga mengganggu aktivitas ekonomi dan kesehatan msyarakat.

Kehadiran asap kebanyakan disebabkan oleh terbakarnya lahan gambut. Sumatera Selatan sebagian wilayahnya adalah lahan gambut yang mudah terbakar ketika musim kemarau. Namun tidak semudah yang kita bayangkan terbakarnya. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkannya dan faktor tangan manusia tetaplah yang tertinggi.

Pada tahun 2015 banyak kebakaran hutan yang dilakukan oleh masyarakat ataupun perusahaan dengan motif ekonomi agar bisa membuka lahan dengan biaya murah. Dari sisi perusahaan, motif pembakaran lahan kurang produktif bisa diklaim asuransi ganti rugi akibat kebakaran lahan. Penting kita cermaati disini ada kepentingan dibalik pembakaran lahan ini terutama lahan gambut.

Jika ditelaah lebih jauh permasalahan lingkungan salah satunya adalah kebakaran hutan berawal dari prinsip pembangunan lingkungan ekodevelopmentalis yang memperjuangkan kelestarian lingkungan bukan demi lingkungan itu sendiri, tetapi terutama demi keberlangsungan pertumbuhan ekonomi dan pemupukan modal (kapitalisme). Semboyannya yang terkenal adalah sustainable development. Lingkungan perlu dilestarikan karena hanya melalui pelestarian tersebut terjamin pula kelangsungan pasokan bahan baku industri sehingga pertumbuhan ekonomi akan terus berlangsung.

Paradigma pembangunan lingkungan hidup inilah yang kemudian menjadi landasan bagi korporasi melakukan ekspansi ekonomi melalui penebangan hutan dan lahan. Berbagai macam izin pengelolaan lahan diberikan untuk meningkatkan perekonomiaan. 

Bahkan lahan gambut juga dieksploitasi guna mendapatkan manfaat ekonomisnya. Seperti yang kita ketahui lahan gambut adalah lahan yang sangat sulit dikelola, perlu modal besar untuk melakukan restorasi dan dimanfaatkan seperti lahan biasanya. 

Karena besarnya biaya melakukan pembukaan lahan, biasanya motif yang dilakukan korporasi dengan melakukan kegiatan pembakaran lahan dengan dalih bukan disebabkan tangan manusia. 

Sehingga sulit bagi aparat penegak hukum menemukan kesalahan korporasi.  Modus land clearing biasanya dilakukan agar tidak keluar biaya yang besar untuk membuka lahan baru. Kemudian jika lahan sudah diasuransikan maka akan mendapatkan suntikan biaya dari asuransi lahan akibat kebakaran.

Helikopter Super Puma melakukan
Helikopter Super Puma melakukan "water bombing" di Muara Medak, Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Sumsel Sumber:ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/nz

Ada banyak dampak yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan lahan. Diantaranya adalah pertama, menurunkan kualitas udara dan terkikisnya lapisan ozon. Kita ketahui pemanasan global sekarang salah satu penyebabnya adalah kebakaran hutan yang berakibat pada semakin sedikitnya hutan penyerap karbon. 

Efek yang paling mengerikan adalah perubahan iklim dunia yang saat ini sudah kita rasakan. Jika kejadian ini terus berlanjut maka tidak menutup kemungkinan Jakarta atau pulau Jawa akan tenggelam. Jika ozon semakin menipis, penyakit kanker kulit akan semakin meningkat karena tidak ada proteksi di atmosfer. Kualitas udara yang semakin buruk juga mneyebabkan banyak dampak salah satunya kesehatan pernafasan karena akan menyebabkan ISPA.

Kedua, menurunkan kesehatan. Data per Agustus 2019 menunjukkan sebanyak 5.241 jiwa masyarakat Sumatera Selatan terdampa ISPA dan 2.919 adalah masyarakat kota Palembang. Dampak lainnya adalah iritasi mata dan sakit kepala. Jika kejadian ini terjadi berkepanjangan akan semakin memperparah kesehatan masyarkat. Bukan hanya masyarakat di sekitar lokasi kebakaran tetapi juga ke Negara lain.

Ketiga, rusaknya ekosistem dan keanekaragaman hayati di lokasi kebakaran. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tidak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Jika terjadi kebakaran maka akan merusak ekosistem yang ada. Tidak hanya ekosistem, keanekaragaman hayati juga akan ikut punah.

Keempat, efek sosiologis. Bukan hanya kepada ekosistem dan keanekaragaman hayati, dampaknya juga terjadi pada perilaku manusia. Kebakaran hutan dan lahan bisa menyebabkan perubahan nilai yang bisa disebabkan oleh kecemasan dan trauma masyarakat akibat kebakaran hutan dan lahan. Selain itu juga bisa menyebabkan terjadinya konflik ditengah masyarakat dan menurunnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan korporasi.

Kelima, aktivitas ekonomi dan keseharian masyarakat terganggu. Eskternalitas dari kebakaran hutan akan menyebabkan pihak lain mengeluarkan biaya atas pencemaran udara dan akibat lainnya secara ekonomis. Jika aktivitas masyarakat terganggu tentu akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi. Menurunnya aktivitas masyarakat karena distrosi menyebabkan menurunnya produksi sehingga berpotensi menyebabkan menurunnya perekonomian masyarakat. Selain itu akan banyak biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat salah satunya adalah biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat.

Jika kita menyalahkan masyarakat atas kebakaran hutan dan lahan tidak begitu rasional. Karena rata-rata hutan yang dan lahan yang terbakar adalah lahan milik perusahaan dan lahan tidak bertuan. 

Misal lahan gambut yang terbakar sekarang, salah satu penyebabnya adalah pembangunan kanal (parit) untuk mengalihkan air namun pada musim kemarau akan terjadi kekeringan yang signifikan pada lahan gambut yang sensitif terhadap api. Dan terbakarnya lahan gambut tidak semudah yang kita bayangkan, KLHK menyatakan 99 persen penyebabnya adalah ulah tangan manusia. 

Dan jika dilakukan oleh masyarakat, sulit mendeteksi kepentingan masyarakat disitu, pasti ada keterlibatan korporasi atau kepentingan lain diluar kepentingan masyarakat. Lalu apa solusi yang harus diambil?

Penegakan hukum harus ditegakkan dengan tegas agar memberi efek jera terutama korporasi yang bermain. Selain itu, penanggulangan yang baik adalah dengan pencegahan dan pembudayaan pelestarian lingkungan kepada masyarakat. Perjuangan melawan kebakara hutan juga bagian dari perjuangan menjaga agar bukan hanya ekosistem dan hayati yang lestari tetapi lingkungan dan umat manusia juga bias lestari. Selain itu perjuangan melawan kebakaran hutan, lahan dan kerusakan lingkungan adalah melawan ekspansi kapitalis mengeksploitasi dan merusak lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun