Mereka berdua berhenti tetapi ada satu yang tak disadari oleh si laki-laki bahwa selama ia bercinta, Sedap Malam melihatnya dan terjadilah peristiwa kelabu pada malam itu. Si laki-laki mencari berbagai macam alasan, bukan dia yang memulai tapi Mila pungkasnya.
Sedap Malam berkata dengan nada lebut namun tersimpan kemarahan luar biasa "Kau menyalahkan perempuan itu. Padahal kau bisa berhenti dan menolak. Ah, kalian lelaki memang jahanam. Tak dapat disodori kemaluan sedikit, kalian langsung menerkam".
Sedap Malam yang tengah diselimuti kemarahan lalu mengambil pisau kemudian memotong batang kemaluan si laki-laki hingga menyemburlah darah yang menjijikan. Begitulah peristiwa kelabu malam itu.
Tentu tak lengkap rasanya jika tidak mereview Judul dari buku kumpulan cerita pendek ini, Pelacur itu Datang Terlambat. Seorang laki-laki tengah duduk di bar, kepulan asap rokok, minuman tersedia didepannya namun wajahnya gelisah, tak tentu apa yang ia sedang pikirkan.
Pertanyaan-pertanyaan berjejalan dalam kepalanya. Rupanya ia sedang menunggu pelacur yang seringkali ia kencani, tapi malam itu beda, sang pelacur datang terlambat, tidak seperti biasanya.
Si laki-laki tak pernah bertingkah seperti malam ini, ia was-was, ia bingung dan kepulan asap rokok masih menyelimuti bar itu, minuman-minuman beralkoholpun tak dapat menengkannya. Ia benar-benar dibuat pusing oleh si pelacur.
Pertanyaan-pertanyaanpun hinggap dalam kepalanya; apa yang membuat sang pelacur terlambat, bagaimana mungkin ia mengabaikan para pelanngganya yang setia menunggu. Semua penghuni bar rupanya sedang menunggu satu orang, yaitu pelacur yang cantik dari yang tercantik.
Setelah sekian jam terlambat, si pelacur dengan wajah gelisahpula, ia tampak tak seperti biasanya. Lalu dengan penuh perasaan ia bercerita perihal kejadian yang menimpanya. Ia menceritakan semua yang dialaminya; pada saat itu ia dihampiri oleh seoarang pengemis dan memberitahukannya bahwa ia akan segera mati.
Itulah sebabnya ia terlambat, ia sibuk mempersiapkan segelanya. Ia berucap "Aku menyiapkan kematianku sejak tadi sore. Aku ingin segelanya sempurna, aku membereskan rumah mencari tukang penggali kubur dan tempat yang tepat untuk kuburanku.
Aku memesan batu nisan. Membereskan semua hutang, menelpon semua teman-temanku dan mengundang mereka untuk datang pada hari pemakamannku aku memesan hidangan dan tak ingin semua tamu-tamuku kelaparan saat aku mati.
Aku tak bisa bangun lagi untuk memasakkan mereka sesuatu. Aku juga menuliskan wasiat meski hartaku tak seberapa. Aku mencari bunga-bunga yang cocok untuk ditabur dimakamku. Aku tak ingin pemakaman yang formal dan penuh air mata. Jadi kuputuskan tak perlu ada tukang memandikan jenazah, imam sholat dan pembaca doa.