Proses belajar ini bukan hanya tentang keterampilan teknis, melainkan juga tentang menghargai kerja keras. Dari Ibu Kaliyem, penulis belajar bahwa sesuatu yang dianggap remeh bisa menjadi berharga jika diolah dengan kesungguhan.
Dukungan Masyarakat
Kegiatan yang dilakukan Ibu Kaliyem mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Banyak ibu-ibu rumah tangga yang ikut serta belajar membuat kerajinan dari plastik bekas. Suasana kebersamaan selalu tercipta setiap kali ada sesi membuat tas. Warga tidak hanya belajar, tetapi juga saling bertukar ide untuk menciptakan variasi bentuk dan model tas.
Bagi masyarakat, kegiatan ini memberi manfaat ganda. Selain membantu mengurangi sampah plastik, kerajinan yang dihasilkan juga bisa dijadikan sumber penghasilan tambahan. Beberapa warga bahkan mulai menjual tas hasil karya mereka ke pasar sekitar dan mendapat respon positif dari pembeli. Produk tas belanja dari plastik bekas bisa dijual dengan harga terjangkau, namun tetap memiliki nilai ekonomi. Dengan begitu, kegiatan ini tidak hanya bermanfaat dari sisi lingkungan, tetapi juga dari sisi pemberdayaan ekonomi.
Sebagai mahasiswa, penulis merasa pengalaman ini sangat berkesan. Biasanya mahasiswa KKN datang dengan membawa program kerja baru. Namun, kali ini penulis justru belajar dari masyarakat, khususnya dari sosok inspiratif seperti Ibu Kaliyem.
Dari beliau, penulis menyadari bahwa perubahan besar tidak selalu harus dimulai dari program yang rumit atau proyek besar. Hal ini juga membuat penulis semakin yakin bahwa keberlanjutan lingkungan bisa dimulai dari langkah-langkah sederhana yang dilakukan bersama-sama. Terkadang, perubahan justru berawal dari langkah kecil yang konsisten dilakukan. Mengolah sampah plastik menjadi tas belanja mungkin terlihat sederhana, tetapi jika terus dijalankan, kebiasaan ini dapat berdampak luas bagi lingkungan dan masyarakat.
Selain itu, penulis juga belajar tentang arti pengabdian. KKN bukan hanya soal mengajar atau melaksanakan program, tetapi juga soal membuka diri untuk belajar dari masyarakat. Dalam hal ini, masyarakatlah yang menjadi guru
Penutup
Melalui program kerja mandiri "Mengolah Sampah Plastik Menjadi Tas Belanja", penulis berharap dokumentasi dan pengalaman bersama Ibu Kaliyem dapat menjadi inspirasi. Kreativitas beliau menunjukkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa diwujudkan dengan cara sederhana, tetapi tetap berdampak nyata.
Kegiatan ini bukan sekadar mengolah sampah, melainkan juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap limbah plastik. Dari yang semula dianggap tidak berguna, kini menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai. Semoga apa yang dilakukan Ibu Kaliyem terus berlanjut dan berkembang, serta dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengelola sampah secara kreatif.