Mohon tunggu...
Rico Pamungkas
Rico Pamungkas Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan penulis profesional tetapi Berperan dalam berbagi informasi

I am the traveler, Like learn something new

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peran Etnis Tionghoa dalam Salah Satu Landmark Kota Makassar

28 Juli 2019   20:00 Diperbarui: 28 Juli 2019   20:19 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lapangan Karebosi sebelum Revitalisasi (sumber : Google)

Jakarta, 28 July 2019

Penulis : Rico Pamungkas

Mengingat Kota Makassar pertama kali yang ada di benak kita adalah Sop Konro Makassar, yaitu Kuliner khas dari kota Makassar dimana Iga sapi yang dipadukan dengan rempah-rempah khas Indonesia dan sari kaldu dari tulang itu sendiri. Rasanya dijamin bikin lidah siapapun yang mencicipi akan berdansa. Tetapi dalam artikel kali ini penulis akan membahas salah satu Landmark kota Makassar.

Kota Makassar adalah provinsi dari Sulawesi Selatan,  berpenduduk 1.179.023 jiwa dan pada Abad ke-19 dijuluki kota kecil terindah di seluruh Hindia-Belanda. Dengan posisi kordinat 119 derajat BT dan 5,8 derajat LS menjadikan kota Makassar memiliki karakter sebagai kota Pantai, inilah sebabnya kota Makassar sebagai salah satu jalur distribusi perdagangan laut bagi pedagang Eropa, India dan Arab. 

Lapangan Karebosi merupakan salah satu Landmark kota Makassar selain Pantai Losari. Lokasi nya persis di jantung Kota Makassar disebut zero point (nol kilometer) karena merupakan sumbu atau titik tengah dari Kota Makassar. Sebelah Utara diapit Jl. Jend Ahmad Yani, sebelah Barat diapit Jl. Kajao Laliddo, sebelah Selatan diapit Jl. Kartini  dan sebelah Timur diapit Jl. Jend Sudirman. Lapangan Karebosi memiliki luas -+ 11 ha.

Karebosi dalam bahasa Makassar memiliki dua kata yaitu "Kanro" dan "Bosi". "Kanro" artinya anugerah yang Maha Kuasa dan "Bosi" artinya Hujan yang memaknai kelimpahan. Lapangan Karebosi telah ada semenjak kerajaan Gowa dan Tallo, dimana pada saat itu lahan tersebut digunakan untuk syukuran pesta panen setelah musim panen telah usai. Lapangan Karebosi sebagai landmark Kota Makassar tidak hanya dipandang baik untuk sisi perekonomian saja, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang tidak ternilai harganya.

Lapangan Karebosi banyak dikunjungi warga dari berbagai kalangan, ada yang berjualan, ada yang sekedar berjalan kaki menikmati  udara bebas, ada yang berlomba burung merpati,dll, tetapi yang mendominasi adalah banyaknya warga yang berolahraga. Hal paling menarik perhatian mata di Lapangan ini adalah ketika sejumlah pemain Tim Nasional Sepak bola PSM (Persatuan  Sepak Bola Makassar) sedang berlatih. Disamping legenda Lapangan Karebosi yang begitu hebat kini Karebosi ternoda oleh sisi hitam. Ketika matahari mulai tidak memancarkan sinar nya aktivitas kupu-kupu malam hari pun dimulai, tak heran ketika matahari terbit banyak dijumpai sampah kondom bekas dimana mana. Selain itu dengan pencahayaan lampu jalanan yang minim para preman pun kerap melakukan aksi kejahatan.

Diantara gedung-gedung dengan arsitektur Moderen Lapangan Karebosi sangat mencolok dan kotor. Suatu ketika salah satu tokoh Nasional asal kota ini yaitu Wakil Presiden HM Jusuf Kalla mengatakan kepada Ilham Arief Sirajuddin sang Walikota Makassar untuk merevitalisasi Lapangan Karebosi.

Ilham kemudian langsung bertindak cepat, langsung melihat dan menghitung kemampuan APBD tetapi hasilnya mustahil, jalan satu-satunya adalah mencari Investor. Pada pertengahan tahun 2006, pemerintah kota Makassar mulai melakukan tender untuk mencari design revitalisasi dan Investor. Pemenang tender pun ditentukan sesuai dengan peraturan yang ada, dan dimenangkan oleh PT. Tosan Permai Lestari selaku pemilik Makassar Trade Centre (MTC). Pasca pengumuman pemenang Tender menuai pro dan kontra, tercatat ada empat kali demonstrasi dalam proses revitalisasi, mereka menuntut "Kalau renovasi saya setuju tapi untuk pembangunan mall dan parkir dengan mengorbankan kemajuan sepak bola, kami menolak".

Selain itu muncul isu-isu miring lainnya, diantaranya kelak Lapangan Karebosi tidak lagi menjadi ruang publik yang dapat dinikmati secara gratis melainkan beralih fungsi menjadi sentra komersial semata. Dan diisukan sebagai objek pelampiasan nafsu pemodal yang disebut sempoa China. Disamping itu para tokoh keturunan raja-raja Tallo pun keberatan, karena di lapangan tersebut terdapat 7 makam keramat leluhur mereka dan menolak untuk dipindahkan. Pertemuan pun dilakukan dengan para keturunan raja-raja Tallo dan Jalan keluar pun  ditemukan yaitu tetap mempertahankan 7 makam keramat.  

7 Makam Keramat (sumber : Google)
7 Makam Keramat (sumber : Google)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun