Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepakbola Nasional, Antara Program dan Keterbatasan Waktu 2018

15 Maret 2018   23:34 Diperbarui: 16 Maret 2018   00:01 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kontradiksi dan Piala Indonesia

Sayangnya, sikap tegas dan disiplin Edy secara pribadi kepada pemain timnas demi meraih prestasi di Asean Games, berbanding terbalik dengan sikap PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan PSSI, menyangkut agenda dan program sepakbola nasional, kontradiksi!

Bayangkan, hanya menyoal dua pemain penggawa timnas yang menyebrang ke kompetisi negeri tetangga, demi timnas berprestasi, Edy rela mengorbankan diri bersikap yang akhirnya menuai pro dan kontra.

Sementara apa yang diciptakan oleh PT LIB, operator Liga PSSI yang dipercaya menangani kompetisi sepakbola profesional Liga 1 dan 2, justru mengorbankan para pelaku sepakbola nasional. Nunggak uang subsidi dan hadiah klub berbulan-bulan tanpa publik sepakbola nasional tahu alasan yang jelas.

Padahal, Edy membuat polemik yang timbulkan pro dan kontra alasannya sangat jelas, demi sepakbola nasional berprestasi dan menyelamatkan keutuhan timnas. Demi bangsa dan negara, tegas, disiplin, dan menunjukkan sikap patriot sejati dan rasa memiliki.

Lebih dari itu, di saat seluruh publik sepakbola nasional mencoba berhitung waktu secara realistis atas kesediaan pekan pertandingan Liga 1 yang terpangkas sangat signifikan akibat jadwal kick-Off molor sampai empat kali, PSSI tanpa Edy Rahmayadi karena cuti, justru membuat blunder, sangat percaya diri akan menambah kesemrawutan pentas sepakbola nasional dengan memaksakan menggelar Piala Indonesia.

Tanpa ada Piala Indonesia saja, Target timnas dalam Asean Games, Piala AFF, kualifikasi Piala Dunia, FIFA Matchday, adanya klub yang sedang mentas di Piala AFC, kompetisi Liga 1, 2, 3, dan kompetisi turunannya saja sulit dibayangkan bagaimana cara mengaturnya. Tahun 2018 hanya tersisa kurang dari delapan bulan!

Akan ada benturan waktu, program, rebutan pemain, tayangan televisi yang menyiarkan timnas dan kompetisi Liga 1 dan 2 secara bersamaan. Dari segi waktu saja, tanpa harus dikurangi kebutuhan untuk timnas di Asean Games, FIFA Matchday, kebutuhan klub yang sedang mentas di Liga AFC, Piala AFF, dan kualifikasi Piala Dunia, waktu kompetisi telah sangat jauh dari ideal.

Belum lagi ada peristiwa force majeure, suatu kejadian yang terjadi di luar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Akan ada jadwal dan pertandingan tunda karena hal yang belum terduga. Bisa gangguan cuaca, peristiwa, keamanan, kerusuhan dan lain sebagainya.

Audiences bukan mitra

Inilah yang sekarang terjadi, bila PT LIB dan PSSI hanya memosisikan khalayak sebagai target audiences,bukan sebagai mitra, partner,atau kolaborator. Bahkan konsumen hanya dianggap sekadar obyek eksploitasi. Sekadar obyek pelengkap penderita. Dapat diabaikan, dicampakkan, bahkan dikorbankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun