Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepakbola Nasional, Antara Program dan Keterbatasan Waktu 2018

15 Maret 2018   23:34 Diperbarui: 16 Maret 2018   00:01 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: offside.co.id

Kegembiraan atas prestasi Egy Maulana Vikri direkrut klub kasta tertingga Polandia dan keberhasilan timnas U-16 menyabet gelar turnamen Jenesys Jepang 2018, memang telah menjadi catatan awal pembuktian, bahwa tahun 2018 digadang-gadang sebagai  tahun untuk prestasi sepakbola nasional.

Namun, di dalam negeri sendiri, nampaknya PSSI yang tanpa nakoda, masih bergeming dengan ambisinya melontarkan segala angannya dengan gelontoran program sepakbola yang memaksakan. Inilah tahun yang dapat disebut sebagai tahun padat program sepakbola nasional. Malah teranyar, PSSI sedang mengejar target wasit menembus Piala dunia melalui kerjasama dengan Jepang.

Padatnya agenda kegiatan sepakbola nasional di tahun 2018, sejatinya telah terdeskripsi dari jauh tahun sebelumnya. Bahkan Sidang umum Komite Olimpiade Asia (OCA) yang berlangsung di Incheon, pada tanggal 20 September 2014, empat tahun yang lalu, secara resmi telah menetapkan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Indonesia mendapat dukungan dari 42 negara di antara 45 negara peserta Asian Games. Luar biasa, 42 negara mendukung Indonesia dalam pesta olahraga terbesar di Asia.

Dalam kaitannya dengan sepakbola, maka sudah sejak empat tahun yang lalu sewajibnya PSSI, telah merancang program untuk timnas hingga mencapai target prestasi yang diharapkan pemerintah, minimal masuk semifinal alias 4 besar.

Upaya Edy Rahmayadi

Kendati Asean Games bukan kalender FIFA, tidak berbuah poin, untuk menyelematkan target hingga dapat menembus empat besar, Sang Ketua Umum PSSI  malah harus ciptakan polemik. Setelah riuh rendah  berbagai komentar di media sosial, polemik transfer dua penggawa timnas Indonesia U-23, Evan Dimas Darmono dan Ilham Udin Armaiyn, ke klub Malaysia, Selangor FA, dapat diselesaiakan dengan baik.

Selangor FA  mengikuti arahan dari Ketua Umum PSSI terkait penyesuaian jadwal dan durasi pelepasan pemain yang nantinya akan ditetapkan PSSI sesuai kesepakatan digelar di Jakarta, Rabu (3/1).

PSSIpun  berterima kasih atas kunjungan silaturahmi dan persetujuan Selangor FA, mengingat pentingnya posisi Indonesia sebagai tuan rumah di Asian Games 2018. Hubungan PSSI dan Selangor tetap terjaga dan semakin erat sebagai bagian dari keluarga besar sepakbola di Asia Tenggara.

Sebelum polemik yang diciptakan oleh Edy berakhir, sikap Ketua Umum PSSI tak pelak menuai pro dan kontra  dari publik sepakbola nasional dan media massa dalam dan luar negeri. Banyak yang setuju atas sikap Edy, banyak pula yang menyesalkan mengapa Edy harus membuat polemik tersebut.

Pada akhirnya, kini semua publik sepakbola nasional justru bangga atas sikap Edy. Sikap Edy menunjukkan jiwa patriot, militan, demi prestasi sepakbola nasional untuk rakyat Indonesia. Tegas dan disiplin, karena pada akhirnya sikap yang dianggap polemik, dapat diselesaikan dengan jalan kekeluargaan.

Upaya Edy demi timnas berprestasi layak diacungi beberapa jempol. Bila Ketua Umum PSSI bukan Edy, barangkali polemik semacam itu tidak akan pernah ada. Karena untuk bertindak tegas dan berani mengambil sikap memang dibutuhkan seseorang yang memiliki karakter.

Kontradiksi dan Piala Indonesia

Sayangnya, sikap tegas dan disiplin Edy secara pribadi kepada pemain timnas demi meraih prestasi di Asean Games, berbanding terbalik dengan sikap PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan PSSI, menyangkut agenda dan program sepakbola nasional, kontradiksi!

Bayangkan, hanya menyoal dua pemain penggawa timnas yang menyebrang ke kompetisi negeri tetangga, demi timnas berprestasi, Edy rela mengorbankan diri bersikap yang akhirnya menuai pro dan kontra.

Sementara apa yang diciptakan oleh PT LIB, operator Liga PSSI yang dipercaya menangani kompetisi sepakbola profesional Liga 1 dan 2, justru mengorbankan para pelaku sepakbola nasional. Nunggak uang subsidi dan hadiah klub berbulan-bulan tanpa publik sepakbola nasional tahu alasan yang jelas.

Padahal, Edy membuat polemik yang timbulkan pro dan kontra alasannya sangat jelas, demi sepakbola nasional berprestasi dan menyelamatkan keutuhan timnas. Demi bangsa dan negara, tegas, disiplin, dan menunjukkan sikap patriot sejati dan rasa memiliki.

Lebih dari itu, di saat seluruh publik sepakbola nasional mencoba berhitung waktu secara realistis atas kesediaan pekan pertandingan Liga 1 yang terpangkas sangat signifikan akibat jadwal kick-Off molor sampai empat kali, PSSI tanpa Edy Rahmayadi karena cuti, justru membuat blunder, sangat percaya diri akan menambah kesemrawutan pentas sepakbola nasional dengan memaksakan menggelar Piala Indonesia.

Tanpa ada Piala Indonesia saja, Target timnas dalam Asean Games, Piala AFF, kualifikasi Piala Dunia, FIFA Matchday, adanya klub yang sedang mentas di Piala AFC, kompetisi Liga 1, 2, 3, dan kompetisi turunannya saja sulit dibayangkan bagaimana cara mengaturnya. Tahun 2018 hanya tersisa kurang dari delapan bulan!

Akan ada benturan waktu, program, rebutan pemain, tayangan televisi yang menyiarkan timnas dan kompetisi Liga 1 dan 2 secara bersamaan. Dari segi waktu saja, tanpa harus dikurangi kebutuhan untuk timnas di Asean Games, FIFA Matchday, kebutuhan klub yang sedang mentas di Liga AFC, Piala AFF, dan kualifikasi Piala Dunia, waktu kompetisi telah sangat jauh dari ideal.

Belum lagi ada peristiwa force majeure, suatu kejadian yang terjadi di luar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Akan ada jadwal dan pertandingan tunda karena hal yang belum terduga. Bisa gangguan cuaca, peristiwa, keamanan, kerusuhan dan lain sebagainya.

Audiences bukan mitra

Inilah yang sekarang terjadi, bila PT LIB dan PSSI hanya memosisikan khalayak sebagai target audiences,bukan sebagai mitra, partner,atau kolaborator. Bahkan konsumen hanya dianggap sekadar obyek eksploitasi. Sekadar obyek pelengkap penderita. Dapat diabaikan, dicampakkan, bahkan dikorbankan.

Yang saya maksud target audiences adalah khalayak yang terdiri dari publik sepakbola nasional dan Klub-Klub Liga Indonesia serta stakeholder terkait. Bahkan, interaksi antara PT LIB dan PSSI dengan khalayak menyoal program-program sepakbola nasional di tahun 2018 yang sangat padat sekadar bersifat transaksional, aliasseperti jual-beli produk saja.

Tengok apa saja dosa-dosa PT LIB. Tahun sebelumnya seenaknya mengubah regulasi kompetisi menyoal pemain U-23. Lalu, nunggak uang subsidi dan hadiah ke klub Liga 1 dan 2. Tidak ada informasi PT LIB menggandeng perusahaan audit mana hingga  harus bermasalah dalam urusan keuangan sponsor.

Ironisnya, sponsor Liga tahun 2018, justru sama seperti sponsor tahun 2017. Artinya, seharusnya tidak terjadi persoalan dengan pihak sponsor. Tapi fakatanya PT LIB nunggak. Karena nunggak jadwal kompetisi molor sampai empat kali. Buntutnya Kemenpora mengancam PSSI, PSSI mengancam PT LIB, klub juga mengancam PT LIB.

Hebatnya lagi, PT LIB masih percaya diri membuat regulasi baru Liga 1 2018. Membuat regulasi ancaman bila klub mundur dan ancaman denda. Tapi jangankan menyebut keuntungan Liga 1 dan 2 tahun 2017, uang subsidi saja nunggak. Malah pempimpin PT LIB yang juga Ketua Panitia Piala Presiden tidak dapat berbuat sama untuk persoalan keuntungan. Piala Presiden untung dan terpublikasi di media massa. Liga 1 dan 2 tahun 2017 tidak jelas laporannya, tidak terpublikasi, dan nunggak utang.

Kini, PSSI justru memastikan tanggal 7 April 2018 Piala Indonesia akan diputar. Di luar dari persoalan benturan waktu dan sebagainya, bila Klub Liga 1 dan 2 sudah menyiapkan diri, malah sudah rugi karena kompetisi molor, maka klub Liga 3 tentu akan tergopoh-gopoh menyiapkan diri mentas di Piala Indonesia. Bisa ditebak, bagaimana perbandingan kualitas tim Liga 1, 2, dan 3 nanti.

Manajemen waktu dan kebiasaan?

Wahai PT LIB dan PSSI, sesungguhnya kehidupan sudah sangat adil memberikan jumlah waktu yang sama untuk kita semua. Manajemen waktu yang baik, merupakan keterampilan yang sangat membantu program-program berjalan sesuai waktu dan aturan, serta berkualitas.

Bila manajemen waktu tidak terkontrol dan tidak terkelola di dalam prioritas, maka waktu tidak akan pernah ada untuk mencapai apa-apa yang diimpikan. Alat kontrol waktu yang paling efektif adalah perilaku dan kebiasaan diri di dalam disiplin prioritas. Bila perilaku dan kebiasaan diri sudah tahu kemana dan dimana, maka diri dengan mudah dapat mengalir bersama waktu untuk mendapatkan apa-apa yang dicari. Apa yang dicitakan, apa yang diprogramkan, dan apa yang diimpikan!

Tujuan adalah tempat diri harus mengalir bersama waktu. Bila tujuan tidak jelas ataupun kurang tepat, maka diri akan membuang-buang waktu, dan akan mengalir di dalam kebingungan prioritas yang saling bertentangan. Gunakan waktu dengan bijak dan jangan mengabaikan penetapan tujuan yang sederhana dan jelas.

Siapkan diri untuk bisa melayani tujuan dengan sistem kerja yang meminimalkan waktu, tenaga, upaya, dan sumber daya. Miliki etos kerja dan etos kehidupan yang mampu menciptakan keseimbangan kerja dan kehidupan. Jadikan klub, stakeholder terkait, dan seluruh publik sepakbola nasional sebagai mitra, partner,atau kolaborator, bukan audiences tempat mengambil keuntungan. Maka, program sepakbola nasional yang mengindustri tergaransi.

 

Tunda Piala Indonesia, awasi PT LIB dengan didampingi perusahaan audit. Realistislah dengan ketersediaan waktu tahun 2018. Ubah kebiasaan, "gemar membuat program mengulang kesalahan!" Bijaklah menyikapi padatnya program sepakbola nasional!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun