Dunia anak berbeda dengan dunia orang dewasa. Berhenti beranggapan bahwa anak-anak adalah orang dewasa berukuran mini. Menganggap akal mereka sudah sempurna. Hanya tubuhnya berukuran kecil. Itu anggapan yang salah.
Orang tua ingin anak segera mengerti ucapan kita. Padahal, otak mereka belum sempurna. Pikiran mereka belum dewasa. Sehingga banyak makna yang belum dimengerti. Tidak cukup mengatakan satu atau dua kali saja. Untuk mengerti satu hal kita harus memberitahunya berkali-kali.
Menyusun Kesepakatan
 Mendisiplinkan anak berbuat hal positif bukanlah pekerjaan yang mudah. Sering kali orang tua dibuat geleng-geleng dengan anak. Heran kenapa untuk hal yang bermanfaat malah susah mengerjakan. Bukankah sekolah itu baik untuk dia? Tapi kenapa anak malah malas-malasan mengerjakannya?Â
Sama halnya makan sayur. Bukankah sayuran baik untuk tubuhnya? Kenapa anak susah kalau diajak makan sayur?
Ayah Bunda, harus kita sadari kenapa anak tidak mau melakukan itu karena belum paham. Ya, anak-anak belum paham bahwa itu penting dan bermanfaat.Â
Usia mereka masih senang-senangnya bermain. Sekolah punya aturan yang harus ditaati. Nah, aturan sering membuat mereka tidak nyaman. Berjalan dengan kaku. Mereka lebih senang bermain. Karena dalam bermain itu tidak ada aturannya. Seusia anak itu baru sebatas bermain.
Lalu berubah menjadi permainan. Nah, kalau sudah permainan, sudah ada aturan-aturannya. Sekolah itu semakin banyak aturannya. Maka, wajar kalau anak kurang suka belajar.
Mereka bermain sambil belajar. Belajar mereka ya bermain itu. Saya tidak bilang sekolah tidak cocok untuk anak karena banyak aturan. Bukan begitu. Sekolah tetap penting. Belajar itu banyak manfaatnya.
Namun, berbagai hal positif itu haruslah dikemas dengan menyenangkan agar anak bahagia.
Dalam membuat aturan atau kesepakatan hendaknya orangtua dan anak duduk bersama. Kesepakatan dibuat bersama. Bukan dibuat orang tua yang harus ditaati anak. Hal ini sekaligus memberikan kesempatan anak berlatih mengemukakan pendapat.