Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Strategi Menyusun Kesepakatan Bersama Anak

5 November 2021   10:29 Diperbarui: 5 November 2021   10:32 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak sedang bermain (sumber foto: dokumen pribadi)

Apakah semua hal harus ada perjanjian? Tidak juga. Perjanjian atau kesepakatan dilakukan pada hal yang penting saja. Kalau bisa hanya dengan dinasehati, maka tidak perlu perjanjian.

Contohnya etika makan. Anak makan dengan tidak rapi, banyak nasi yang serakan. Berikan dia nasihat.

"Nak, Ayah dan Bunda susah mencari kerja untuk makan kita. Sayang banget kalau kita membuang-buang makanan. Kalau nasi berserakan itu kelihatan rapi nggak ya?"

Nah, kalau dengan nasihat saja bisa mengubah perilaku anak, itu sudah cukup.

Ada beberapa manfaat mengajak anak berdiskusi. Pertama, merangsang otaknya untuk mencari solusi. Kedua, berani mengatakan pendapatnya. Ketiga, menumbuhkan rasa percaya diri. Keempat, menumbuhkan kedekatan dengan orang tua. Kelima, mengajarkan tanggung jawab atas hal yang diusulkannya.

 

Anak sedang bermain (sumber foto: dokumen pribadi)
Anak sedang bermain (sumber foto: dokumen pribadi)
 

Belajar Parenting Dari Mana Saja 

Ayah Bunda, sebagai orang tua, kita harus sering belajar. Walaupun sudah jadi orang tua jangan merasa cukup dengan ilmu yang sudah didapat. Mungkin saat akan menikah sudah dibekali ilmu mendidik anak. Tapi percayalah seiring waktu ilmu itu akan berkurang atau bahkan hilang.

Teori dengan praktik sering tidak sejalan. Misalnya begini. Kita sudah tahu kalau api jangan dikasih api agar tidak semakin berkobar apinya. Kalau ada api, kasih air agar padam.

Kalau ada yang marah, jangan ditambah dengan marah. Agar tidak semakin membesar amarahnya. Namun, bukankah sering kalau anak marah, kita lantas memarahinya agar jangan marah? Maksud orang tua agar anaknya cepat diam. Mungkin saat itu kita sedang lelah sehingga memilih jalan pintas.

Saya pun beberapa kali melakukannya. Biasanya setelah melakukannya saya berintrospeksi. Saya tahu itu salah. Tapi entah mengapa sering diulangi lagi. Duh...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun