Apakah semua hal harus ada perjanjian? Tidak juga. Perjanjian atau kesepakatan dilakukan pada hal yang penting saja. Kalau bisa hanya dengan dinasehati, maka tidak perlu perjanjian.
Contohnya etika makan. Anak makan dengan tidak rapi, banyak nasi yang serakan. Berikan dia nasihat.
"Nak, Ayah dan Bunda susah mencari kerja untuk makan kita. Sayang banget kalau kita membuang-buang makanan. Kalau nasi berserakan itu kelihatan rapi nggak ya?"
Nah, kalau dengan nasihat saja bisa mengubah perilaku anak, itu sudah cukup.
Ada beberapa manfaat mengajak anak berdiskusi. Pertama, merangsang otaknya untuk mencari solusi. Kedua, berani mengatakan pendapatnya. Ketiga, menumbuhkan rasa percaya diri. Keempat, menumbuhkan kedekatan dengan orang tua. Kelima, mengajarkan tanggung jawab atas hal yang diusulkannya.
Â
Belajar Parenting Dari Mana SajaÂ
Ayah Bunda, sebagai orang tua, kita harus sering belajar. Walaupun sudah jadi orang tua jangan merasa cukup dengan ilmu yang sudah didapat. Mungkin saat akan menikah sudah dibekali ilmu mendidik anak. Tapi percayalah seiring waktu ilmu itu akan berkurang atau bahkan hilang.
Teori dengan praktik sering tidak sejalan. Misalnya begini. Kita sudah tahu kalau api jangan dikasih api agar tidak semakin berkobar apinya. Kalau ada api, kasih air agar padam.
Kalau ada yang marah, jangan ditambah dengan marah. Agar tidak semakin membesar amarahnya. Namun, bukankah sering kalau anak marah, kita lantas memarahinya agar jangan marah? Maksud orang tua agar anaknya cepat diam. Mungkin saat itu kita sedang lelah sehingga memilih jalan pintas.
Saya pun beberapa kali melakukannya. Biasanya setelah melakukannya saya berintrospeksi. Saya tahu itu salah. Tapi entah mengapa sering diulangi lagi. Duh...