Mengapa Tulisan Saya Jarang Menjadi Artikel Utama Kompasiana?
Belum lama ini saya membaca tulisan Kompasianer yang mempunyai bio 'Guru Blogger Indonesia' di halaman profilnya. Para Kompasianer aktif pasti mengenal siapa dia. Siapa lagi kalau bukan Wijaya Kusumah yang lebih dikenal dengan OmJay.Â
Artikel yang menarik rasa kepenarasan itu berjudul "Mengapa Tulisan OmJay Tak Pernah Menjadi Artikel Utama Kompasiana?", dan membuat saya ikut membaca. Serangkaian tulisan yang rasanya mewakili pertanyaan yang sama dari sebagian besar Kompasianer lainnya.
Sampai tulisan ini saya buat, OmJay telah menulis 6.079 artikel, 7.640.651 keterbacaan, 25.703 komentar, 38.720 rating, 1880 artikel topik pilihan, 145.222 poin (Senior), 259 artikel utama dengan 6.140 follower dan 5.899 following, sejak 22 November 2008.Â
Itu artinya, pada data engagement rate OmJay terbaca atau jika boleh saya sebut pernah 259 kali artikel utama dari 6.079 artikel yang telah ditulis olehnya.Â
Saya coba menggaris bawahi kata pernah 259 kali artikel utama dan ikutan merenung sekaligus merasakan hal yang sama untuk tiba pada satu pertanyaan yang identik, "Mengapa Tulisan Saya Jarang Menjadi Artikel Utama Kompasiana?"Â
Suatu ketika saya pernah membaca beberapa artikel OmJay yang membangun semangat, membangkitkan motivasi dan dari semua proses yang terbaca, secara keseluruhan OmJay menginspirasi.Â
Bagi saya yang baru dua tahun lebih menulis di Kompasiana, OmJay tidak sekadar menginspirasi tetapi juga mengedukasi bagi dunia kepenulisan.Â
Terutama bagi penulis dan orang-orang yang ingin menjadi penulis. Ini suatu pencapaian dan bakti ilmu yang luar biasa.
Namun jika boleh menganalisa, dari 6.079 artikel terdapat 4.26% (259) artikel utama yang pernah diraih OmJay, mengapa 95.74% artikel lainnya tidak dapat memenuhi kriteria artikel utama?Â